Di tengah lonjakan kasus Covid-19, angka keterisian tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) masih cukup menampung pasien. Sejumlah rumah sakit di daerah juga menjamin ketersediaan tempat tidur dan tenaga kesehatannya. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan keterisian tempat tidur untuk isolasi kasus Covid
Agardapat lebih memahami rumus Bed Occupancy Rate (BOR) tersebut, maka kita juga perlu mengerti dan memahami beberapa istilah atau definisi terkait elemen-elemen yang mendukung rumus Bed Occupancy Rate (BOR) tersebut, yaitu :. Efek turunnya kasus aktif corona, tak hanya BOR rumah sakit rujukan menurun, Bed ICU semisal, juga mengalami
Nilaiindikator BOR yang ideal adalah antara 60-85 DepKes RI 2005 sedangkan menurut Barber Johnson nilai BOR yang ideal adalah 75-85. Pelajari juga rumah dan cara menghitung bor rumah sakit Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
BORICU untuk Rumah Sakit di Sumenep adalah nol persen, BOR Isolasi 19 persen, sedangkan standar WHO untuk BOR adalah 60 persen. Oleh Imam S Ahmad Bashori Jadi, jumlah TT dalam rumus BOR tidak termasuk TT bayi baru lahir (bassinet) dan jumlah hari perawatan (HP) dalam rumus BOR juga tidak termasuk HP bayi baru lahir.
A Rumah sakit 1. Pengertian rumah sakit Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan yang kompleks, padat pakar, danpadat modal. Kompleksitas ini muncul karena Pengertian rumus dan nilai efisiensi dari BOR, LOS, TOI, dan BTO adalah sebagai berikut : a. BOR (Bed Occupancy Rate)
Vay Tiá»n TráșŁ GĂłp Theo ThĂĄng Chá» Cáș§n Cmnd. Jakarta, CNBC Indonesia - Bed Occupancy Rate BOR rumah sakit di Indonesia hingga saat ini sudah mencapai 63,66%. Bahkan angka tersebut lebih tinggi jika dilihat per kota seperti Jakarta dan Banten yang lebih dari 80%. Padahal standar WHO sebesar 60%.Sebagaimana diketahui, angka tersebut merupakan dampak dari kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang terus meningkat. Hingga saat ini totalnya sudah mencapai 1,01 juta kasus di seluruh mengatasi situasi tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Kemenkes mengizinkan seluruh RS di Indonesia, termasuk RS swasta untuk membuka layanan pasien Covid-19 sejauh memenuhi standar Kemenkes dan memiliki sarana dan fasilitas memadai. Sampai saat ini tercatat lebih dari rumah sakit yang membuka layanan bagi pasien Covid-19."Khususnya di RS yang berada di zona merah, diinstruksikan untuk menambah atau mengalihfungsikan tempat tidur minimal 40% untuk ruang isolasi pasien Covid-19 dan 25% untuk ruang ICU. Untuk RS yang berada di zona kuning, diinstruksikan mengalih fungsikan tempat tidur sebanyak 30% dan ICU 20%. Untuk zona hijau, diharapkan mengalih fungsikan 25% dan penambahan ICU 15%," ujar Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir mengutip keterangan tertulis di Jakarta, Rabu 27/1/2021.Abdul juga mengatakan, kenaikan kapasitas perlu dilakukan seiring peningkatan pasien pascalibur Natal dan tahun baru. Oleh karena itu, pemerintah menganjurkan agar semua rumah sakit sedapat mungkin mengantisipasi hal ini untuk memberikan layanan terbaik bagi kebijakan ini, lanjutnya, secara umum menambah kapasitas dan kapabilitas rumah sakit di seluruh Indonesia."Rumah sakit di bawah Kemenkes terjadi penambahan hampir tempat tidur, atau peningkatan tempat tidur pasien Covid-19 dari 17% menjadi 38% dari semua rumah sakit tersebut," begitu, Abdul mengatakan penambahan kapasitas ini tidak permanen. Sebab dia berharap dalam waktu paling lama satu bulan akan terjadi penurunan jumlah kasus positif Covid-19 usai lonjakan di awal tahun Pertamedika selaku perusahaan induk RS BUMN sudah mempelajari situasi perkembangan kasus Covid-19 ini sejak Maret 2020. Untuk itu, Pertamedika melakukan antisipasi dengan membuat permodelan."Antisipasi yang dilakukan Pertamedika adalah membuat permodelan setiap tiga bulan sekali, mulai dari penambahan tempat tidur dan penambahan ICU. Sehingga sejak November 2020 kita sudah memodelkan penambahan hingga Januari 2021 ini," ujar Direktur Utama Pertamedika Fathema Djan Maret 2020, RS di bawah Pertamedika telah mengalih fungsikan 30% tempat tidur untuk pasien Covid-19. Tak hanya itu, ketersediaan ICU juga bertambah 25%."Jadi sekarang ini kami mengoperasionalkan lebih dari ruangan isolasi pasien Covid-19 dan dan ICU Covid-19 sebanyak 512," juga bekerja sama dengan RS baru yang memiliki kapasitas namun belum beroperasional sepenuhnya dalam menangani pasien Covid-19. Contohnya kerja sama dengan RS Universitas Krida yang memberikan kontribusi penambahan 240 tempat tidur, ditambah tempat tidur, safe house dan hotel yang dikelola untuk kasus ringan dan OTG. Adapun sejauh ini kewajiban Kemenkes kepada RS juga berjalan ke pernyataan Prof. Abdul Kadir, dia mencatat terkait nominal pembayaran yang dilakukan Kemenkes. "Pembayaran Kemenkes sudah berjalan lancar, sejauh ini kita sudah melakukan pembayaran hampir Rp 15 triliun kepada rumah sakit," ini juga dibenarkan Fathema. Secara umum, pembayaran Kemenkes dan verifikasi BPJS Kesehatan lancar. Tercatat sebanyak 50% biaya perawatan di depan oleh Kemenkes pada rumah sakit dilakukan dengan sangat optimistis sepanjang 2021, Indonesia berkesempatan pulih dengan cepat karena program vaksinasi sudah dilakukan. Hal ini ditambah 3M dan 3T sehingga diharapkan bisa memutus pandemi. [GambasVideo CNBC] Artikel Selanjutnya Ada Anggapan Pasien 'Di-Covid-kan', Begini Pembelaan RS! miq/miq
Contoh Perhitungan BOR LOS TOI BTO GDR NDROleh hakayuci Data indikator pelayanan rawat inap BOR LOS TOI BTO GDR NDR bersumber dari data sensus harian rawat inap. Berikut ini contoh data yang sudah direkap dari sensus harian raat inap Data Periode Bulan Januari a. Jumlah tempat tidur = 232b. Jumlah pasien keluar hidup dan mati = 1138c. Jumlah pasien keluar mati = 48 = 16e. Total jumlah pasien keluar mati c+d = 44f. Jumlah total hari perawatan / hari rawat = 3794g. Jumlah total lama dirawat = 4066h. Jumlah hari periode bulan Januari = 31 hari Rumus BOR = Jumlah hari perawatan / Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu periode X 100%BOR = f / a x h = 3794 /232 x 31 x 100% = 52,75 %Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar hidup + matiAVLOS = g / b = 4066 / 1138 = 3,57 hariRumus TOI = Jumlah tempat tidur X Periode â Hari perawatan / Jumlah pasien keluar hidup + matiTOI = a x h - f / b = 233 x 31 - 3794 / 1138 = 2,99 hariRumus BTO = Jumlah pasien keluar hidup + mati / Jumlah tempat tidurBTO = b / a = 1138 / 232 = 4,91 kaliRumus GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 permilGDR = e / b x 1000 permil = 44 / 1138 x 1000 = 38,66 â°Rumus NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 permilNDR = d / b x 1000 permil = 16 /1138 x 1000 = 14,06 â°-Itulah Contoh Perhitungan BOR LOS TOI BTO GDR NDR. Untuk Mengetahui bagaimana cara menghitung jumlah hari perawatan dan jumlah lama dirawat silahkan baca disini Menghitung jumlah hari perawatanMenghitung jumlah lama dirawat coming soonDarimana sumber data indikator pelayanan rawat inap berasal, bisa baca disini Membuat rekap data sensus harian rawat inap coming soonDan bagaimana analisis dari indikator pelayanan rawat inap, bisa baca disini Analisis indikator pelayanan BOR LOS TOI BTO GDR NDR coming soonSemoga bermangfangat.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap 1. BOR Bed Occupancy Ratio î !ngka penggunaan tempat tidur"BOR menurut uffman 1$$%" adalah & the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration '. îedangkan menurut epkes RI *++î", BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. îilai parameter BOR yang ideal adalah antara î+-/î0 epkes RI, *++î".Rumus BOR î î
umlah hari perawatan rumah sakit 2 î
umlah tempat tidur 3 î
umlah hari dalam satu periode"" 3 1++0*. !45Oî Average Length of Stay î Rata-rata lamanya pasien dirawat"!45Oî menurut uffman 1$$%" adalah & The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration '. !45Oî menurut epkes RI *++î" adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, 6uga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat di6adikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lan6ut. îe7ara umum nilai !45Oîyang ideal antara î-$ hari epkes, *++î".Rumus !45Oî î î
umlah lama dirawat 2 î
umlah pasien keluar hidup 8 mati"9. îOI Turn Over Interval î îenggang perputaran"îOI menurut epkes RI *++î" adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-9 îOI î î
umlah tempat tidur 3 ;eriode" î. ?R !ross îeath Rate "?R menurut epkes RI *++î" adalah angka kematian umum untuk setiap 1+++ penderita
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur BOR menurut Huffman 1994 adalah âthe ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under considerationâ. Sedangkan menurut Depkes RI 2005, BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% Depkes RI, 2005. Rumus BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit / Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode X 100% AVLOS Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat AVLOS menurut Huffman 1994 adalah âThe average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under considerationâ. AVLOS menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari Depkes, 2005. Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar hidup + mati TOI Turn Over Interval = Tenggang perputaran TOI menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus TOI = Jumlah tempat tidur X Periode â Hari perawatan / Jumlah pasien keluar hidup +mati BTO Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur BTO menurut Huffman 1994 adalah ââŠthe net effect of changed in occupancy rate and length of stayâ. BTO menurut Depkes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 BTO = Jumlah pasien keluar hidup + mati / Jumlah tempat tidur NDR Net Death Rate NDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 â° 6. GDR Gross Death Rate GDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 â°
Indikator Statistik Rumah Sakit Pengertian Indikator Statistik Rumah Sakit Indikator statistik rumah sakit merupakan pengumpulan data di rumah sakit yang dikumpulkan setiap hari dari pasien rawat inap dan rawat jalan. Data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien setiap hari, minggu, bulan, dan lain-lain. Informasi dari statistik rumah sakit digunakan untuk perencanaan memantau pendapatan dan pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen rumah sakit. Beberapa istilah yang telah dikembangkan, seperti Hospital patient, seorang individu yang mendapatkan layanan medis rumah sakit. Hospital inpatient, seorang pasien yang telah mendapatkan layanan rumah sakit, berupa menginap, perawatan, pengobatan dan umumnya pasien tersebut telah menginap 1 malam. Hospital newborn inpatient, bayi yang dilahirkan di rumah sakit. Umumnya bayi baru lahir ini dihitung terpisah karena mereka mendapatkan layanan yang berbeda. Inpatient hospitalization, periode dalam kehidupan pasien yang ketika ia dirawat di satu rumah sakit terus menerus, tidak terputus kecuali cuti perawatan. Inpatient admission, prosedur penerimaan untuk pasien menginap di rumah sakit termasuk ruangan, perawatan dimana pasien menginap. Inpatient discharge, akhir dari periode pasien menginap sampai keluar dari rumah sakit setelah disetujui oleh rumah sakit. Umumnya melalui persetujuan bersama dokter yang merawat, pergi menemui penasihat pengobatannya, dirujuk ke fasilitas lain atau meninggal. Hospital outpatient. Pasien rumah sakit yang mendapatkan layanan di satu atau lebih dari fasilitas rumah sakit, ketika tidak dirawat atau dalam home care patient. Seorang pasien rawat jalan dapat diklasifikasikan pada pasien yang datang pada fasilitas gawat darurat atau dapat juga datang untuk ke klinik. Indikator Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pengelolaan rumah sakit. Beberapa indikator penilaian pelayanan rumah sakit menurut Irwandy 2007, diantaranya adalah sebagai berikut Gross Death Rate GDR Hubungan rate untuk kematian didasari pada jumlah pasien yang keluar, hidup atau meninggal. Kematian merupakan akhir dari periode perawatan. Pada kematian dibedakan kematian secara keseluruhan atau gross death rate, kematian yang telah disesuaikan dengan lebih dari 48 jam perawatan dikenal sebagai net death rate, kemudian kematian bayi baru lahir atau yang dikenal dengan newborn death rate, lalu kematian bayi lahir meninggal atau fetal death rate, kematian atas ibu melahirkan atau kematiannya yang berhubungan dengan melahirkan atau selama masa kehamilan, dikenal maternal death rate. Dasar dari angka kematian kasar rumah sakit adalah merupakan kematian dari fasilitas kesehatan. Perhitungan yang didapati dengan cara Rumus â pasien rawat yang meninggal termasuk GDR = bayi baru lahir dalam satu periode waktu tertentu x 100 â pasien yang keluar dewasa + anak bayi baru lahir yang meninggal pada waktu yang sama Bed Occupancy Rate BOR BOR menurut Huffman 1994 adalah âthe ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under considerationâ. Sedangkan menurut Depkes RI 2005, BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi lebih dari 85% menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. Nilai indikator BOR yang ideal adalah antara 60-85% DepKes RI, 2005, sedangkan menurut Barber Johnson nilai BOR yang ideal adalah 75-85%. Rumus Length Of Stay LOS LOS menurut Huffman 1994 adalah âthe average hospitalization stay of inpatient dischargedduring the period under considerationâ. LOS menurut DepKes RI 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rawat inap yang tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi BOR dan TOI. Disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang memerlukan pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal adalah antara 6-9 hari DepKes, 2005. Sedangkan menurut Baber Johnson adalah 3-12 hari. Rumus LOS = â lama rawat â pasien keluar hidup + mati Turn Over Interval TOI TOI menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus Bed Turn Over BTO BTO menurut Huffman 1994 adalah ââŠthe net effect of changed in occupancy rate and length of stayâ. BTO menurut DepKes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Sedangkan menurut Barber Johnson angka ideal untuk nilai BTO adalah lebih dari 30 kali. Rumus BTO = â pasien keluar hidup + mati Kapasitas tempat tidur Net Death Rate NDR Net death rate adalah rate kematian yang telah disesuaikan dengan menghitung kematian yang hanya diatas 48 jam dihitung apakah dewasa + anak-anak + bayi baru lahir. Mengapa kematian di bawah 48 jam tidak masuk pada perhitungan net death rate karena waktu tersebut tidak cukup untuk mengukur perawatan dari rumah sakit. Rumus NDR = â kematian setelah 48 jam dan lebih x 100% dalam jangka waktu tertentu â seluruh penderita rumah sakit Standar Efisiensi Indikator Pelayanan Rumah Sakit Standar efisiensi indikator pelayanan rumah sakit yaitu standar Departemen Kesehatan DepKes dan standar Grafik Barber Johnson. Berikut adalah tabel standar DepKes dan standar Grafik Barber Johnson Tabel Standar Efisiensi Indikator Pelayanan Rumah Sakit Menurut DepKes dan Grafik Barber Johnson No Indikator Standar DEPKES Grafik Barber Johnson 1 BOR Bed Occupancy Rate 60-85% 75-85% 2 LOS Length Of Stay 6-9 hari 3-12 hari 3 TOI Turn Over Interval 1-3 hari 1-3 hari 4 BTO Bed Turn Over 40-50 kali >30 kali Sumber Instalasi Rekam Medis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Sensus Harian Sensus harian rawat inap adalah kegiatan pencacahan/perhitungan pasien rawat inap yang dilakukan setiap hari pada suatu ruang rawat inap berisi tentang mutasi keluar masuk pasien selama 24 jam mulai dari pukul 0000 s/d 2400 WIB. Tujuan sensus harian adalah untuk memperoleh informasi semua pasien yang masuk dan keluar rumah sakit selama 24 jam. Kegunaan dari sensus harian adalah Untuk mengetahui jumlah pasien masuk, keluar rumah sakit dan meninggal di rumah sakit. Untuk mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur. Untuk menghitung penyediaan sarana/fasilitas pelayanan kesehatan. Data yang diolah dari sensus harian pasien rawat inap adalah Data diperoleh dari sensus harian setiap ruangan rawat inap. Petugas rekam medis membuat rekapitulasi bulanan keadaan pasien setiap ruangan/bagian/rumah sakit. Data dikelompokkan berdasarkan Pasien awal bulan. Pasien masuk. Pasien keluar hidup. Pasien keluar mati kurang dari 48 jam dan lebih dari 48 jam. Jumlah lama rawat. Pasien akhir triwulan. Jumlah hari perawatan kelas utama/satu/dua/tiga/empat. Tanggung jawab pelaksanaan sensus harian rawat inap Kepala perawat pada masing-masing ruang rawat inap bertanggung jawab dalam pengisian sensus harian. Perawat/bidan yang memutasikan pasien/petugas yang ditunjuk oleh kepala perawat ruang rawat inap melaksanakan pengisian sensus harian sesuai petunjuk yang telah ditetapkan. Formulir sensus harian disediakan oleh unit pencatatan medik rumah sakit. Mekanisme pengisian sensus harian rawat inap Sensus harian diisi segera setelah pasien masuk ruang rawat, pindah intern rumah sakit dan keluar rumah sakit. Sensus harian untuk satu hari ditutup jam 2400 WIB dan sesudah itu dibuat resume sensus harian untuk hari yang bersangkutan. Jika ada pasien masuk rumah sakit atau keluar/meninggal sesudah jam 2400 WIB maka harus dicatat pada formulir sensus harian berikutnya. Sensus harian dibuat rangkap 3 tiga 1 lembar untuk Sub Bagian Catatan Medik. 1 lembar untuk P2RI. 1 lembar untuk arsip ruang rawat. Sensus harian dikirim pukul 0800 WIB setiap pagi. Lain-lain. Untuk rumah sakit kecil, mekanisme pembuatan sensus harian disesuaikan dengan kebutuhan. Data sensus harian yang diperoleh dari buku register pelayanan rawat inap dikumpulkan dengan menggunakan instrument pengumpulan data berupa formulir sensus harian. Selanjutnya dilakukan pengolahan data yang di masukkan ke dalam bentuk data real sesuai dengan fakta yang ada. Hasil pengolahan data ini hendaknya di analisa agar data yang akan di informasikan benar dan akurat. Rekapitulasi Rekapitulasi adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap pasien rawat inap setiap hari yang diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Tujuan rekapitulasi yaitu untuk memperoleh informasi semua pasien yang dirawat di rumah sakit secara keseluruhan maupun pada masing-masing. Kegunaan rekapitulasi adalah Untuk mengetahui jumlah pasien dirawat pada hari yang bersangkutan. Untuk mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur . Merupakan data dasar mengenai pasien dirawat pada hari yang bersangkutan, yang harus segera dikirim pada direktur, bidan, perawatan dan unit lain yang memerlukan. Tanggung jawab pelaksanaan adalah Kepala Rekam Medis bertanggung jawab dalam pengisian Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap. Staf unit Rekam Medis yang ditunjuk untuk melaksanakan pengisian. Formulir disediakan oleh Rekam M Mekanisme pengisian rekapitulasi Formulir Rekapitulasi sensus harian rawat inap merupakan formulir standar yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Urutan nama ruang rawat inap disusun sesuai dengan jenis pelayanan. Rekapitulasi sensus harian diisi segera setelah form sensus harian diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Rekapitulasi sensus harian sudah harus selesai jam 1000 WIB. Jika pada jam 1000 WIB masih ada sensus harian yang belum diterima, maka biarkan lajur untuk ruangan tersebut kosong dan diberi catatan. Rekapitulasi sensus harian dibuat rangkap 3 yaitu untuk direktur, bidan, perawatan dan arsip di rekam medis. Konsep Barber Johnson Barry Barber, PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, pada tahun 1973 berhasil menciptakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi kedua segi tersebut. Suatu usaha untuk mendayagunakan statistik rumah sakit dalam rangka memenuhi kebutuhan manajemen akan indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit. Indikator Grafik Barber Johnson menurut Ditjen YanMed 200582 diantaranya Lamanya rata-rata pasien dirawat atau Length Of Stay LOS. Lamanya rata-rata tempat tidur tidak terisi kosong atau Turn Over Interval TOI. Presentase tempat tidur yang terisi atau Bed Occupancy Rate BOR. Pasien dirawat yang keluar dalam keadaan hidup dan yang meninggal discharges per tempat tidur yang siap pakai selama satu tahun atau Bed Turn Over atau Throughput BTO. Langkah Pembuatan Grafik Barber Johnson Menurut Barry Barber, PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, dalam buku Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, langkah pembuatan Grafik Barber Johnson, yaitu Grafik I Gambarlah sumbu horizontal X absis dan sumbu vertikal Y kordinat. X absis adalah Turn Over Internal TOI, Y kordinat adalah Length Of Stay LOS. Gambar Sumbu X dan sumbu Y Grafik I Grafik II Langkah pertama Buat grafik seperti gambar grafik I Langkah kedua Buat grafik dengan garis-garis dari BOR 50%, 70%, 80%, 90% Untuk menentukan BOR harus dihitung/dicari titik LOS dan TOI dengan menggunakan rumus L = O x 365/D T = A â O x 365/D Keterangan L = Length Of Stay T = Turn Over Interval 365 = Jumlah hari dalam satu tahun O = Rata-rata tempat tidur yang terisi D = Jumlah pasien yang keluar hidup + mati A = Tempat tidur yang tersedia Jadi jika BOR O = 70%, maka tiga kali lipat LOS L sama dengan tujuh kali TOI T. Jadi jika BOR = 70% adalah garis penghubung antara titik x,0 y,0 dan x,3 y,7. Dengan cara yang sama maka dihasilkan sebagai berikut BOR 50% = Garis penghubung antara titik x,0 y,0 dan x,1 y,1. BOR 80% = Garis penghubung antara titik x,0 y,0 dan x,2 y,8. BOR 90% = Garis penghubung antara titik x,0 y,0 dan x,1 y,9. Gambar Garis BOR 50%, 70%, 80%, 90% Grafik II Grafik III Langkah pertama Buat grafik seperti gambar grafik I Langkah kedua Gambar grafik Throughput BTO untuk 30 pasien, 20 pasien, 15 pasien, dan 12 pasien. Dapat dihitung BTO 30 pasien dengan cara L = O x 365/D O = 1 tempat tidur Karena BTO adalah jumlah pasien yang keluar per tempat tidur selama satu tahun. D = 30 pasien Maka L = 1 x 365/30 = 12 1/6 T = A â O x 365/D AâO = 1 tempat tidur Karena BTO adalah jumlah pasien yang keluar per tempat tidur selama satu tahun. D = 30 pasien Maka T = 1 x 365/30 = 12 1/6 Jadi jika LOS adalah 12 1/6 hari dan TOI 12 1/6 hari maka BTO = 30 pasien atau Grafik BTO = 30 pasien adalah garis x, 12 1/6 y, 12 1/6. Dengan cara yang sama maka dihasilkan sebagai berikut BTO 20 pasien = Garis penghubung antara titik x,18 1/4 y,18 1/4 BTO 15 pasien = Garis penghubung antara titik x,24 1/3 y,24 1/3 BTO 12,5 pasien = Garis penghubung antara titik x,29 1/5 y,29 1/5 Gambar Garis BTO 30, 20, 15, pasien Grafik III Grafik IV Gambarlah keempat parameter BOR, LOS, TOI, BTO. Daerah efisiensi adalah daerah yang dibatasi oleh garis TOI = 1 LOS = 3 BOR = Minimal 75% Menurut Grafik Barber Johnson, apabila berada dalam daerah efisien. maka pengelolaan rumah sakit sudah efisien. Tetapi apabila berada di luar daerah efisien, maka pengelolaan rumah sakit tersebut belum efisien. Gambar Daerah Efisien Grafik Barber Johnson Grafik IV Makna dari Grafik Barber Johnson Makin dekat grafik BOR dengan Y ordinat, maka BOR makin tinggi. Makin dekat grafik BTO dengan titik sumbu, maka BTO makin tinggi jumlahnya. Menurut Benjamin 1961, jika rata-rata Turn Over Interval TOI tetap, tetapi Length Of Stay LOS berkurang, maka percentage Bed Occupancy Rate BOR akan menurun. Jika Turn Over Interval TOI tinggi, kemungkinan disebabkan karena organisasi yang kurang baik, kurang permintaan demand akan tempat tidur atau kebutuhan tempat tidur darurat. Turn Over Interval TOI yang tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan organisasi tanpa mempengaruhi Length Of Stay LOS. Bertambahnya Length Of Stay LOS disebabkan karena kelambatan administrasi administrasi delays di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien patient scheduling atau kebijaksanaan dibidang medis medical policy Soejadi, 1996. Penggunaan Grafik Barber Johnson Grafik Barber Johnson bermanfaat untuk mengadakan perbandingan atau dapat digunakan sebagai pembantu untuk menganalisa, menyajikan dan mengambil keputusan mengenai Perbandingan dalam kurun waktu Grafik Barber Johnson dapat menunjukkan perkembangan produktifitas dari rumah sakit dalam rumah sakit dalam waktu sepuluh tahun. Dalam hal ini menggambarkan adanya perbaikan dari waktu ke waktu, Length Of Stay LOS dan Turn Over Interval TOI menurun sedangkan Bed Occupancy Rate BOR dan Bed Turn Over BTO meningkat. Memonitor kegiatan Kecenderungan perkembangan kegiatan dalam beberapa tahun dapat dilihat pada grafik dengan jalan membandingkan terhadap standar yang telah ditetapkan. Barber Johnson menyatakan bahwa daerah yang efisien adalah dibatasi oleh garis-garis berikut Bed Occupancy Rate BOR minimal 75% Turn Over Interval TOI yaitu 1-3 hari Perbandingan antar rumah sakit Perbandingan kegiatan antar bagian yang sama dibeberapa rumah sakit atau antar bagian di suatu rumah sakit dapat digambarkan pada suatu grafik. Dengan jelas dan mudah diambil kesimpulan, rumah sakit mana atau bagian mana yang pengelolaannya efisien. Meneliti akibat perubahan kebijakan Grafik dapat digunakan untuk meneliti suatu kebijaksanaan relokasi tempat tidur atau keputusan memperpendek Length Of Stay LOS. Mengecek kesalahan laporan Dengan menggambarkan ke 4 indikator BOR, LOS, TOI dan BTO pada suatu grafik. Laporan dikatakan benar apabila ke 4 indikator tersebut tepat pada posisi grafik tersebut Soejadi, 1996. Analisis Grafik Barber Johnson Upaya memperpendek Length Of Stay LOS dan Turn Over Interval TOI Meningkatkan penyebaran informasi tentang fasilitas dan kemampuan rumah sakit kepada semua fasilitas kesehatan dan masyarakat. Meningkatkan pelayanan dengan cara Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM. Memotivasi pegawai, seperti insentif dan karier. Perbaikan penatalaksanaan penerimaan pasien dan pencatatan laporan, seperti Koordinasi dan kerjasama antara petugas bagian penerimaan pasien dengan bangsal. Adanya papan informasi yang up to date dan akurat tentang tempat tidur, no. rekam medis, jenis kelamin, diagnosa, kelas, sehingga diketahui tempat tidur yang kosong dan yang terisi. Setiap terjadi mutasi/pasien keluar, petugas bangsal harus segera melaporkan secara tertulis ke petugas penerimaan pasien. Diadakan relokasi tempat tidur atau ruangan dan petugasnya. Penyebab LOS tinggi Merawat pasien-pasien kronis dan yang tidak dapat disembuhkan di rumah sakit yang diperuntukan kasus akut. Adanya kelemahan dalam pelayanan medis sehingga mengakibatkan komplikasi-komplikasi dan tidak ada kemajuan. Adanya individu dokter yang suka menunda pelayanan. Upaya memperpendek LOS Menyelenggarakan kunjungan visite gabungan, yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Melakukan penelitian meliputi Riwayat sakit dan keadaan pasien. Penatalaksanaan/ketelitian pemeriksaan pasien, penyelenggaraan kunjungan dan permintaan penunjang medis serta kecermatan/kecepatan memperoleh hasil. Ketepatan terapi yang diberikan. Kecermatan pelayanan perawatannya. Kecepatan pelaksanaan sarana penunjang lainnya, terutama yang menyangkut logistik, perbaikan/pemeliharaan dan transport. Mutu Pelaporan Rumah Sakit Pengertian Mutu Ada banyak pendapat mengenai pengertian mutu, diantaranya yaitu Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati Winston Dictionary, 1956. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program Donabedi, 1980. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna Din ISO, 8402, 1986. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan Crosby, 1984. Pengertian Pelaporan Rumah Sakit Berdasarkan buku pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit di Indonesia Revisi 1, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, 1997. Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat, tepat dan akurat. Secara garis besarnya jenis pelaporan rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu laporan intern dan laporan ekstern rumah sakit. Sedangkan menurut standar operasional prosedur, pelaporan rumah sakit adalah rekapitulasi yang mencakup berbagai kegiatan rumah sakit seperti rawat inap, rawat jalan, pelayanan unit gawat darurat, kegiatan bedah dan non bedah, pelayanan kesehatan gigi, kegiatan radiologi, MCU, rehabilitasi medik, pelayanan kesehatan jiwa, laporan RL, laporan survailance rumah sakit dan sensus harian rawat inap. Fungsi Laporan Alat untuk pertanggung jawaban dari pihak yang satu kepada pihak yang lain. Alat untuk membina kerjasama, saling pengertian, komunikasi dan koordinasi yang secepat-cepatnya. Alat untuk mengadakan perencanaan, pengendalian, penilaian dan pengambilan keputusan. Alat untuk memperluas ide dan tukar menukar pengalaman. Kualitas Informasi Laporan Dari hasil laporan yang telah diolah, maka data yang dihasilkan akan menjadi sebuah informasi, baik itu bagi pihak intern maupun bagi pihak ekstern. Menurut Sutabri 200535 kualitas informasi laporan dapat diukur melalui tiga hal, yaitu Akurat Accurate Informasi yang dihasilkan harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan bagi orang yang menerima informasi tersebut. Ketidakakuratan dapat terjadi karena sumber informasi mengalami gangguan atau kesengajaan sehingga merusak atau merubah data-data asli tersebut. Dari komponen akurat ini memiliki 3 unsur, yaitu Completeness Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kelengkapan yang baik. Correcteness Memiliki kebenaran, dimana informasi yang dikeluarkan sudah bukan informasi yang harus mengalami perubahan/pengeditan. Security Informasi yang ada dalam laporan tersebut harus aman dari pihak-pihak yang bersangkutan. Tepat Waktu Timelines Informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, karena jika informasi yang diterima terlambat, maka informasi tersebut sudah tidak memiliki kegunaan lagi. Relevan Relevance Informasi harus mempunyai manfaat bagi penerima, karena informasi ini akan digunakan untuk pengambilan suatu keputusan dalam pemecahan suatu permasalahan. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS Revisi VI Pengertian SIRS Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah sakit se-Indonesia. Sistem Informasi ini mencakup semua rumah sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola secara publik maupun privat. Fungsi SIRS Membantu mewujudkan visi dan misi rumah sakit. Membangun dan mengembangkan infrastruktur teknologi informasi. Mensosialisasikan dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia rumah sakit mengoperasikan teknologi informasi. Meningkatkan mutu dan mempercepat proses pelayanan rumah sakit. Mengurangi kesalahan faktor-faktor manusia. Pelaporan SIRS RL 1 âData Dasar Rumah Sakitâ RL Data Dasar Rumah Sakit RL Indikator Pelayanan Rumah Sakit RL Fasilitas Tempat Tidur Rawat Inap RL 2 âKetenagaanâ RL 3 âPelayananâ RL Rawat Inap RL Rawat Darurat RL Gigi dan Mulut RL Kebidanan RL Perinatologi RL Pembedahan RL Radiologi RL Laboratorium RL Rehabilitasi Medik RL Pelayanan Khusus RL Kesehatan Jiwa RL Keluarga Berencana RL Farmasi Rumah Sakit RL Rujukan RL Cara Bayar RL 4 âMorbiditas dan Mortalitasâ RL Penyakit Rawat Inap RL Penyakit Rawat Jalan RL 5 âPengunjung Rumah Sakitâ RL Pengunjung Rumah Sakit RL Kunjungan Rawat Jalan RL Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap RL Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Waktu Pelaporan Laporan Updating RL 1, RL Laporan Tahunan RL RL RL 2, RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL 4, RL RL Laporan Bulanan RL 5, RL RL RL RL
rumus bor rumah sakit