F Seni Suku Jawa. G. Rumah Tradisional Suku Jawa. H. Kejawen Pakaian Khas Jawa Yang Masih Lestari. BAB III PENUTUP. DAFTAR PUSTAKA . BAB I. PENDAHULUAN . A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan.
Keunikanpakaian adat Bali pun menarik bagi banyak orang. 7 Makanan Tradisional Jawa Timur Favorit Pelancong. Udeng merupakan salah satu pakaian khas Bali yang paling dikenal masyarakat umum. Kain penutup kepala ini biasa digunakan oleh laki-laki sebagai simbol pengendalian diri. Udeng terdiri dari tiga tipe yaitu udeng jejateran, kepak
Jikabaju adat lainnya seperti kebaya khas Jogja maupun Jawa Tengah tentu saja memiliki kancing di tengah. Akan tetapi baju kurung kebaya khas Riau tidak memiliki kancing. Selain itu, jika di bagian atas baju biasanya memiliki kerah yang bisa dilipat, akan tetapi tidak halnya dengan pakaian adat ini.
Berikut10 rumah adat terpopuler dari berbagai wilayah di Indonesia menurut survei Litbang KORAN SINDO. 1. Rumah Adat Joglo (Jawa Tengah) - 42%. Bentuk arsitektur rumah ini sangat unik dan sarat akan nilai-nilai kebudayaan masyarakat Jawa. Dibangun dari kayu jati, menjadikan struktur rumah ini tahan lama dan juga kuat.
Dalambuku berjudul Mengenal Rumah Adat, Pakaian Adat, Tarian Adat, Dan Senjata Tradisional (2009:30) disebutkan bahwa rumah adat jawa tengah bernama Rumah Padepokan. Rumah adat Jawa Tengah ini terdiri atas tiga ruang utama yaitu Pendopo, Pringgitan dan Dalem. Ketiga bagian ruangan ini memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. Jawa Tengah adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan jantungnya budaya Jawa. Banyak budaya tradisional yang masih dijaga dengan baik, salah satunya rumah adat Jawa Tengah yang sarat makna dan tentang rumah adat Jawa Tengah, maka yang terlintas pertama kali adalah Rumah Joglo. Bahkan, ada beberapa orang yang mengira bahwa Joglo adalah satu-satunya rumah adat di Jawa Tengah. Hal ini tidak mengherankan karena sejak di Sekolah Dasar memang hanya rumah Joglo yang diperkenalkan, padahal ada jenis rumah adat lainnya di Jawa Tengah yang juga penting untuk diketahui. Yuk simak Rumah Adat Panggang Pe2. Rumah Adat Kampung3. Rumah Adat Limasan4. Rumah Adat Joglo5. Rumah Adat Tajug1. Rumah Adat Panggang PeImage Credit griyasatriaofficialPanggang Pe merupakan bentuk rumah adat yang paling sederhana dengan Panggang berarti dipanaskan di atas bara api dan Pe memiliki arti dijemur di bawah sinar matahari. Rumah adat Panggang Pe adalah bentuk rumah adat yang paling tua berdasarkan konstruksi bangunan dan dijumpai di dalam banyak relief pada candi atau di dalam lukisan pada tempat pemujaan awalnya, Panggang Pe merupakan bangunan kecil dengan atap dan empat buah tiang atau lebih yang digunakan untuk menjemur barang-barang, seperti jagung, singkong, dan daun teh. Menurut sejarah, rumah adat Panggang Pe pada zaman dahulu juga digunakan sebagai hunian dan warung untuk berjualan dengan enam tiangnya berada di bagian depan dan sengaja dibuat lebih pendek dari tiang yang ada di belakangnya. Masyarakat Jawa Tengah pada zaman dahulu mayoritas bertempat tinggal di rumah adat Panggang Pe. Selain bentuknya yang sangat sederhana, rumah adat ini juga dibangun dengan biaya yang kecil dan resiko kerusakan yang tidak Credit adat Panggang Pe memiliki beberapa jenis, yaitu Gendhang Salirang, Empyak Setangkep, Gendhang Setangkep, Cere Gencet, Trajumas, dan Barengan. Gendhang Salirang, Empyak Setangkep, dan Gendhang Setangkep memiliki ciri yang sama, yaitu dua rumah yang dijadikan Barengan merupakan gabungan dari dua atau lebih rumah adat Panggang Pe yang dibangun secara berderet. Rumah adat Panggang Pe Barengan sebagian besar dibangun dari material kayu tanpa dilapisi cat dan menggunakan genteng sebagai atap. Rumah jenis ini masih bisa ditemui di daerah Jawa Tengah dan berbatasan dengan Rumah Adat KampungImage Credit MudhoffirSetiap jenis rumah adat Jawa Tengah dibangun dengan fungsi dan tujuan yang berbeda. Selain itu, bentuk dari rumah adat juga mencerminkan strata sosial di masyarakat. Rumah yang dihuni oleh masyarakat dari kalangan ekonomi kelas atas berbeda dengan rakyat biasa. Masing-masing rumah adat tersebut juga memiliki filosofi adat Kampung merupakan desain rumah adat yang setingkat lebih sempurna dari Panggang Pe dan memiliki bentuk yang hampir sama dengan Panggang Pe yang disatukan. Rumah adat ini dibangun dengan fungsi sebagai tempat tinggal. Kampung sendiri memiliki arti desa atau dusun yang menggambarkan bahwa rumah adat jenis ini banyak digunakan masyarakat yang tinggal di rumah adat Kampung mayoritas adalah masyarakat dari kalangan ekonomi menengah ke bawah atau rakyat biasa, seperti peternak, petani, pekerja pasar, dan profesi sejenisnya. Kondisi ini membentuk sebuah pandangan di masyarakat bahwa orang yang tinggal di rumah adat Kampung merupakan orang dengan ekonomi yang kurang Credit ini kemudian membentuk sebuah pandangan umum berkaitan dengan strata sosial yang dapat dilihat dari rumah adat yang ditempati. Rumah adat Panggang Pe dan Kampung adalah jenis yang berada di tingkat paling bawah. Ciri khas dari rumah adat ini adalah adanya teras di bagian depan dan belakang itu, jumlah tiang yang digunakan selalu berkelipatan 4 dengan bentuk bangunan yang memanjang dengan 2 lapis tiang untuk menyangga atap rumah. Tiang penyangga ini dibuat dari balok, usuk, kayu reng dari kayu jati, atau kayu lain yang sama kuatnya. Penggunaan kayu yang sifatnya kuat bertujuan untuk menjaga ketahanan bangunan itu, kayu yang kuat membuat rumah adat di Jawa Tengah tetap kokoh berdiri meskipun sudah berusia puluhan tahun. Atap rumah adat ini berbentuk segitiga yang jika dilihat dari sisi samping, terdapat sebuah penghubung yang menggunakan bubungan atau adat Kampung juga memiliki beberapa jenis, yaitu Kampung Pokok, Pacul Gowang, Cere Gencet, Dara Gepak, Lambang Teplok, dan Apitan. Hingga saat ini, bentuk dari rumah adat Kampung masih bisa dijumpai dan digunakan oleh masyarakat, namun biasanya sudah dimodifikasi menjadi bangunan yang lebih Rumah Adat LimasanImage Credit Pelangi IndonesiaNama Limasan ini mencerminkan bentuk atap dari rumah adat Limasan yang berbentuk limas. Bangunan rumah adat ini memiliki empat buah atap, dua buah atap kejen, dan satu buah atap bronjong. Atap kejen berbentuk segitiga sama kaki dan terdapat emper-emper di bagian sisi setelah mengalami beberapa kali itu, bentuk dari atap bronjong adalah jajar genjang sama kaki. Rumah adat Limasan sendiri memiliki beberapa jenis, yaitu Gajah Mungkur, Lawakan, Klabang Nyander, dan Semar Pindohong. Masing-masing jenis tersebut mempunyai desain yang berbeda antara satu dengan lainnya. Rumah adat Limasan biasanya terbuat dari material bata yang bata ini membuat tampilan rumah Limasan menjadi sederhana karena tidak dilapisi dengan cat atau bahan lainnya. Meski demikian, rumah adat ini tetap indah dipandang dalam kesederhanaan. Rumah adat Limasan memiliki kelebihan yang cukup menakjubkan, yaitu mampu meredam getaran gempa. Kemampuan ini berasal dari sistem struktur yang Credit yang digunakan di dalam bangunan rumah adat Limasan berupa rangka yang memperlihatkan batang kayu dan menggunakan bentuk kubus dengan atap limas. Berdasarkan sifat sambungan kayu, semua memiliki kemampuan untuk mengantisipasi gaya tarik. Sistem tumpuannya berupa sendi yang berfungsi untuk mengimbangi struktur atap yang memiliki sifat itu, sistem sambungannya juga tidak menggunakan paku, melainkan berupa lidah alur yang lebih toleran terhadap gaya dari batang kayu. Kondisi ini akan menimbulkan friksi yang membuat bangunan rumah adat Limasan lebih akomodatif menerima gaya gempa. Sistem tumpuan dan sambungan inilah yang membuat rumah adat ini dapat meredam goncangan rumah adat Limasan dalam meredam goncangan gempa tersebut menunjukkan bahwa rumah adat yang notabene dibangun dengan material dan teknik tradisional memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan bangunan modern yang dibangun menggunakan material dan alat yang serba rumah adat Panggang Pe dan Kampung, Limasan juga memiliki beberapa jenis. Diantara jenis-jenis rumah adat Limasan adalah Lambang Gantung Rangka Kutuk Ngambang, Seman Tinandhu, Gajah Ngombe, Trajumas, Lambang Sari, Lambang Gantung, dan Lambang Teplok. Rumah adat ini banyak digunakan untuk rumah rakyat, rumah bangsawan, bangsal, dan Rumah Adat JogloImage Credit Art,Interior,Design,ArchitecturRumah adat ini merupakan rumah adat di Jawa Tengah yang paling terkenal dan masyarakat pada zaman dahulu memiliki pandangan bahwa rumah adat ini tidak boleh dimiliki oleh sembarang orang. Sebab, hanya orang-orang terpandang dan terhormat yang boleh menggunakan rumah adat ini sebagai hunian, seperti raja, kaum bangsawan, atau merupakan sebuah nama yang diambil dari dua suku kata, yaitu tajug dan loro yang memiliki arti penggabungan dari dua tajug. Hal ini didasarkan pada atap rumah yang berbentuk tajug atau serupa dengan gunung. Masyarakat Jawa Tengah pada zaman dahulu menganggap gunung sebagai simbol yang sakral dan menjadi tempat tinggal para rumah adat Joglo berbentuk bujur sangkar dengan empat tiang pokok yang dikenal dengan istilah saka guru. Tiang-tiang ini ditopang oleh blandar bersusun yang disebut dengan tumpang sari dan disusun ke atas, semakin ke atas bentuknya akan semakin lebar. Bentuk dasar dari rumah adat Joglo adalah persegi dan seiring dengan perkembangan, terdapat tambahan tiang yang digunakan di dalam rumah adat Joglo merepresentasikan arah mata angin. Batara Sang Hyang Maha Dewa yang merupakan raja dari seluruh dewa dan asal dari kehidupan di dunia ini menempati arah timur. Arah barat ditempati oleh Batara Sang Hyang Yamadipati yang dikenal sebagai dewa pencabut nyawa, sehingga tidak ada rumah tradisional yang menghadap arat selatan dipercaya merupakan arah dari kehidupan laut yang dikuasai oleh Nyai Roro Kidul, sehingga masyarakat membangun rumahnya menghadap selatan untuk menghindari kutukan dari Nyai Roro Kidul. Arah utara ditempati oleh Dewa Sang Hyang Batara Wisnu yang dikenal sebagai dewa pemelihara dan penolong dari segala Credit Rumah Joglo/Rumah Gladak/Rumah Adat JawaBentuk yang digunakan di dalam rumah adat ini merupakan arsitektur tradisional yang paling sempurna dibandingkan bentuk yang lain. Bahkan, ada pendapat yang beredar di masyarakat yang mengatakan bahwa bentuk dari rumah adat Joglo didesain khusus, sehingga perubahan bentuk menjadi sebuah pantangan yang dapat menyebabkan dari rumah adat Joglo berimplikasi pada biaya yang lebih mahal, bahan yang lebih banyak, dan waktu pembuatan yang lebih lama daripada rumah adat lainnya. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan rumah adat ini adalah kayu yang digunakan untuk atap, dinding, dan rangka kayu yang dapat digunakan juga beraneka ragam, seperti kayu jati, kayu nangka, kayu tahun, kayu glugu, dan bambu. Penggunaan kayu jati dianggap akan memberikan pengaruh terhadap penghuni rumah tersebut. Selain itu, kayu jati menjadi material yang populer digunakan karena memiliki ketahanan, keawetan, dan kekuatan yang lebih baik dari kayu glugu biasanya digunakan masyarakat untuk membangun bagian rangka atap yang berupa kuda-kuda, usuk, atau reng. Selain kayu, rumah adat Joglo juga menggunakan bahan berupa batu alam yang berguna untuk alas kolom kayu atau sebagai pondasi. Untuk bagian atap, rumah adat ini menggunakan genteng yang terbuat dari tanah masyarakat tradisional juga biasa menggunakan alang-alang, ijuk, atau jerami untuk digunakan sebagai atap. Bahan-bahan ini digunakan untuk menjaga kenyamanan dan kesejukan di dalam ruangan. Ciri khas lainnya yang dimiliki oleh rumah adat Joglo adalah bentuk atap yang merupakan perpaduan antara bidang segitiga dan ini menghasilkan bentuk atap yang bertingkat-tingkat dan tinggi. Ketinggian atap ini juga memiliki pengaruh terhadap pergerakan udara di dalam ruangan, sehingga sirkulasi udara menjadi sangat baik. Rumah adat Joglo terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian depan yang disebut dengan pendapa, bagian tengah disebut pringgitan, dan dalem yang merupakan ruang rumah ini juga menggunakan prinsip hierarki, artinya orang yang bisa masuk ke dalam tiga bagian juga berbeda-beda. Pendapa yang berada di bagian depan memiliki filosofi bahwa orang Jawa Tengah bersifat ramah dan terbuka. Bagian ini juga merupakan daerah yang digunakan untuk menerima bagian pringgitan biasanya digunakan untuk menggelar pertunjukan wayang atau acara ruwatan. Kemudian, bagian dalem atau ruang utama berisi kamar-kamar yang disebut dengan senthong. Bagian dalem ini hanya memiliki tiga bilik, bilik pertama digunakan oleh keluarga pria, bilik kedua dikosongkan, dan bilik ketiga untuk keluarga kedua digunakan untuk pusaka atau pemujaan Dewi Sri dan disebut dengan krobongan serta dianggap menjadi tempat paling suci di dalam rumah. Krobongan ini biasanya juga digunakan oleh pengantin baru agar tidak bercampur dengan keluarganya atau saudara Rumah Adat TajugImage Credit briwsikBerbeda dengan rumah adat lainnya yang ditujukan sebagai hunian, rumah adat Tajug difungsikan sebagai tempat ibadah atau tempat yang sakral, sehingga masyarakat tidak boleh membangun rumah dengan bentuk tajug. Seiring dengan berkembangnya zaman, tajug menjadi istilah lain untuk menyebut masjid, musala, dan rumah adat di Jawa Tengah memiliki filosofi tersendiri dan mengandung nilai historis yang tinggi. Sebagaimana yang dapat dijumpai di rumah adat Tajug, konsep desain yang diusung rumah adat di Jawa Tengah tidak memiliki bangunan kamar meskipun tidak semuanya seperti dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tidak adanya kamar untuk mendukung sebuah tradisi yang sering diadakan oleh masyarakat dan melibatkan banyak orang, sehingga memerlukan bangunan yang luas agar bisa menampung seluruh orang yang ikut serta. Selain itu, tidak adanya kamar tersebut bertujuan untuk membentuk karakter orang Jawa yang berjiwa ini menjadikan bangunan rumah adat di Jawa Tengah memiliki bagian yang disebut dengan pendopo. Keberadaan ruang terbuka dan luas ini tidak hanya untuk keperluan upacara yang sering melibatkan banyak orang, tetapi juga berfungsi untuk menjaga sirkulasi udara dan mengatasi suhu panas yang menjadi ciri khas negara Credit AgustinaKhairu4Dengan kehadiran pendopo, rumah menjadi lebih sejuk karena udara bergerak dengan baik. Ditambah lagi dengan adanya teras dan halaman luas yang ditumbuhi dengan pepohonan, sehingga membuat rumah menjadi semakin sejuk. Ciri khas rumah adat seperti ini dapat dijumpai di rumah adat khas yang dimiliki oleh rumah adat ini adalah bentuk bujur sangkar dengan ujung yang runcing. Bentuk dasar ini tetap dipertahankan hingga saat ini dan jika terdapat perubahan, maka tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bentuk bujur sangkar tersebut. Sebagaimana jenis rumah adat lainnya, Tajug juga memiliki beberapa dari rumah adat Tajug adalah Semar Sinongsong, Mangkurat, Lambang Sari, dan Semar Tinandu. Karena fungsinya sebagai tempat ibadah, bentuk rumah adat Tajug ini masih dapat dijumpai pada bangunan Masjid Agung Demak. Dahulu, masjid ini dibangun oleh Walisongo pada masa Kerajaan ini memang sudah sangat jarang ditemui bentuk rumah yang menggunakan desain rumah adat tradisional Jawa Tengah yang sederhana dan bersahaja. Namun, Anda masih bisa menjumpai desain rumah adat ini di beberapa tempat yang jauh dari perkotaan. Selain itu, ada beberapa hotel yang menggunakan desain rumah adat Jawa Tengah untuk menciptakan suasana yang tradisional.
Kalian pernah nggak ikut pawai memakai baju adat zaman tk atau saat merayakan 17 Agustus? Pasti sebagian dari kita pernah kan. Saat-saat seperti inilah para orang tua akan berlomba-lomba mendandani anak-anaknya dengan baju adat dari masing-masing daerah di Nusantara. Tentu hal ini menjadi pemandangan yang menarik karena tak hanya baju adat yang dipakaikan kepada anak-anak melainkan semua aksesoris dan kelengkapannya. Dan baju adat dari Jawa Tengah yang tidak pernah terlewatkan. Lalu apa saja jenis-jenis dari baju adat dari Jawa Tengah. Mari kita bahas bersama. Pakaian Adat Jawa Tengah dan PenjelasannyaMakna dan Filosofi Pakaian Adat Jawa TengahMacam-Macam Pakaian Adat Di Jawa Tengah1. Jawi Jangkep2. Kebaya3. Kanigaran4. Batik5. Basahan6. Jarik7. Kain Tapih Pinjung8. Stagen9. Kuluk atau Kupluk atau Kopiah atau topi10. Surjan11. Kemben12. Keris Pakaian Adat Jawa Tengah dan Penjelasannya Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 kabupaten yang ada di Pulau Jawa. Di antara kabupatennya ada yang begitu terkenal dengan berbagai objek wisata, di antaranya Semarang, Solo, Cilacap dan masih banyak lagi. Provinsi Jawa Tengah berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa tengah juga identik dengan pakaian adatnya dengan budaya dan nilai-nilai filosofisnya pakaian adat merupakan pakaian yang menunjukkan identitas dari daerah asalnya. Pakaian adat ini masuk dalam semua universal, mulai dari kakek, nenek, pria wanita dewasa bahkan untuk anak laki-laki dan perempuan. Penggunaan baju adat dapat terlihat saat pernikahan dan acara-acara yang mewajibkan menggunakan jenis baju tersebut. Keunikan dari baju adat satu ini yaitu dapat mengembangkan desain pakaiannya. Dengan tujuan dapat mengembangkan nilai-nilai budaya. Makna dan Filosofi Pakaian Adat Jawa Tengah Setiap suku di bumi Pertiwi mempunyai baju adatnya masing-masing dengan model dan corak yang juga berbeda. Penggunaan baju adat diberi nama dan memiliki sertai filosofi tersendiri. Contoh makna dari pemakaian baju adat Jawa tengah yaitu melambangkan kekayaan khasanah budaya khususnya provinsi Jawa Tengah. Salah satu baju adat Jawa Tengah yaitu kebaya mempunyai filosofi tersendiri. Pakaian wajib yang dimiliki setiap perempuan di pulau Jawa ini menyimbolkan kehalusan kepatuhan dan tidak tanduk pemakainya harus disertai sikap yang lemah lembut. Pemakainya akan selalu terlihat anggun dalam balutan kebaya. Kemudian kebaya tak akan lengkap jika tak dipasangkan dengan kain jarik. Kain jarik akan dililitkan pada penggunanya, dan memang akan membuat sang pemakai merasa kesulitan dalam bergerak gesit dan cepat. Penggunaan kain jarik tidak asal di pasang. Lilitan kain jarik menyimbolkan seorang perempuan Jawa Tengah wajib bisa diatur dan identik dengan pribadi lemah lembut. Selain itu, kebaya juga mempunyai bermakna sosial yaitu seorang perempuan harus menjaga kewanitaannya dan tidak mudah menyerahkan kepada sembarang orang. Seperti cara berpakaian yang rapi dan serapat mungkin, ditambah dengan penggunaan stagen. Macam-Macam Pakaian Adat Di Jawa Tengah Jawa Tengah mempunyai beragam baju adatnya yang tidak sembarang dalam penggunaannya. Berikut macam-macam pakaian adat Jawa Tengah beserta penjelasannya. 1. Jawi Jangkep sumber Jawi Jangkep merupakan pakaian yang di khususkan bagi kaum pria yang berasal dari adat Keraton Kasunanan Surakarta. Pakaian yang digunakan oleh abdi keraton saat ada kegiatan resepsi pernikahan. Jawi jangkep terbagi menjadi dua, ialah Jawi Jangkep dan Jawi Jangkep padintenan keseharian. Tetapi pemakaian jawi jangkep padintenan sudah mulai ditinggalkan apalagi dalam kehidupan sehari-hari. Pakaian ini identik dengan baju atasan yang disebut beskap yang berwarna hitam dan bawahannya seperti kain jarik yang dililit. Sama halnya dalam pemakaian kebaya dengan kain jarik. Jika jawi jangkep padintenan keseharian atasanya boleh warna lain selain hitam,karena warna hitam dikhususkan untuk acara formal saja. Tak hanya pakaian atasan dan bawahan berupa kain jarik, jawi jangkep juga mempunyai aksesoris yang juga wajib digunakan. a. Topi atau penutup kepala yang digunakan yaitu blankon atau destar b. Atasan baju pada bagian belakang akan jauh lebih pendek dibandingkan bagian dengan yang berfungsi sebagai tempat keris c. Stagen juga harus digunakan sebagai pelengkap d. Tak lupa ikat pinggang yang disebut epek, timang, dan lerep e. Kain bawahan atau kain jarik f. Keris atau wangkingan yang disematkan pada bagian belakang g. Alas kaki yang wajib digunakan yaitu canilan atau selop khusus laki-laki 2. Kebaya sumber Budaya Jawa tak akan jauh-jauh kebaya, pakaian yang mempunyai filosofi tersendiri dalam penggunaannya. Kebaya menjadi saksi bisu berkembangnya negara ini, mulai dari kerajaan-kerajaan hingga merdekanya Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Kebaya tak pernah kehilangan pamor dan peminatnya. Dahulu kebaya hanya boleh digunakan oleh perempuan-perempuan bangsawan dan perempuan kolonial. Pada tahun 1817 jenis kebaya masih berbahan brokat, sutra dan beludru dengan bagian depan baju akan sedikit terbuka tapi disatukan kembali dengan bros tepat di depan dada. Zaman sekarang baju kebaya berupa tunik atau blus dengan kain yang tipis dan bermotif khusus digunakan kaum wanita. Dengan bahan utama berupa kain tipis yang dipasangkan dengan kain jarik, songket maupun sarung yang dililitkan pada sang pemakai. Sejarah kebaya juga adalah loh. Kata kebaya berasal dari Bahasa Arab, yaitu abaya artinya pakaian. Konon pakaian adat Jawa Tengah ini dibawah dari Tiongkok, hingga akhirnya dipengaruhi akulturasi budaya Jawa saat tiba di pulau terbesar kelima di negara ini. Hingga saat ini kebaya selalu mengalami perubahan dalam model atau desainnya yang eksis selalu mengikuti perkembangan dunia mode. 3. Kanigaran sumber Dahulu pakaian kanigaran adalah pakaian yang khusus digunakan bagi golongan bangsawan. Pada masa pemerintahan Sultan HB IX, pakaian kanigaran sudah bisa digunakan untuk semua golongan masyarakat. Baju yang terdiri dari kain hitam beludru lengkap dengan dodot. Jenis pakaian ini biasanya dikenakan oleh pengantin saat acara pernikahan. Motif yang diaplikasikan dalam pakaian ini dirancang dengan berbagai pertimbangan dari segi budaya dan estetikanya. 4. Batik sumber Batik tak lepas dari baju warga Indonesia dan bahkan wajib digunakan dalam lingkungan sekolah hingga perkantoran. Batik adalah kain yang digambar dengan alat yang disebut canting dan catnya dari cairan lilin dengan motif yang berbeda-beda. Ada beberapa metode dalampenggambaran motif batik ada yang di lukis, cetak, atau printing. Dan batik diperkirakan ada di Indonesia sekitar tahun 700-an dari buku yang ditulis Rens Heringa dengan judul Fabric of Enchantment Batik from the North Coast of Java 1996. Batik pertama kali di perkenalkan oleh orang yang berkebangsaan India,yang putranya dinikahkan dengan putri Raja Lembu Amiluhur Jayanegara raja Kerajaan Janggala. Jadi primadona dari pakaian adat Jawa Tengah, batik bisa bisa digunakan dalam berbagai acara formal maupun non formal yang bisa dikreasikan dengan berbagai aksesoris maupun bisa dikembangkan dengan berbagai desain pakaian. 5. Basahan sumber Basahan adalah salah satu jenis pakaian adat Jawa Tengah yang digunakan oleh pengantin. Pakaian basahan tak akan lengkap tanpa tata riasnya. Sebenarnya tata riasan dan pakain basahan berasal dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Bentuk tata rias tertinggi dalam Keraton Surakarta Hadiningrat yaitu pakaian basahan dan tata riasnya dan dahulu pakain adat ini hanya boleh digunakan oleh keturunan putra-putri Sultan,Sunan atau Raja yang sedang berkuasa. Seiring berkembangnya zaman, busana ini sudah bisa digunakan oleh segala lapisan masyarakat di Jawa Tengah. Dengan tujuan memakai tata rias dan pakaian basahan ini pengantin akan terlihat agung, anggung dan artistik. Rangkaian busana basahan ini dikenakan dari acara akad hingga upacara “Panggih”. Pengantin akan mengenakan bawahan kain batik dengan warna dasar tertentu, seperti warna hijau yang disebut “Gadung Mlati”. Dan motifnya, yang dilukis dengan air emas atau motif alas-alasan yang diprada. Untuk hiasan rambut pengantin akan menggunakan cundhuk mentul atau yang biasa disebut kembang goyang dengan motif bunga-bunga bahkan hewan. Konon busana pengantin basahan tercipta karena adanya perjanjian Giyanti. Yakni saat semua gaya atau desain busana yang ada di Keraton Surakarta Hadiningrat dibawa menuju Keraton Yogyakarta Hadiningrat, sebagai hadiah dari Susuhunan Paku Buwono II kepada putranya, Pangeran Mangkubumi. Ciri khas dari baju ini yaitu pada rangkaian busana yang dikenakan pengantin wanita, yang sanggulnya memakai Paes Ageng dan peci yang menjulang tinggi bagi pengantin laki-laki. Jika baju adat lainnya pengantin pria akan menggunakan baju atasan berbeda dengan basahan yang pria akan bertelanjang dada atau tidak memakai baju. Sedangkan bawahannya kedua pengantin akan memakai kain batik dengan motif yang sama, bagi pria akan memakainya sebagai Dodotan dan wanita sebagai kemben. Tak lupa pengantin akan dipakaikan beragam aksesoris seperti gelang kaki, gelang tangan hingga kalung. 6. Jarik sumber Jarik adalah kain dari Indonesia yang sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Jarik adalah selembar kain yang digambar dengan motif batik yang beragam. Penggunaan jarik juga beragam, mulai dari alas tidur untuk anak bayi bahkan sebagai kain gendongan agar sang bayi nyaman. Makna jarik dalam bahasa Jawa ialah Aja gampang sirik’, yang berarti jangan mudah iri hati’. Kain jarik berukuran sekitar x meter sampai x 11 meter dengan motif yang beragam tergantung status sosial penggunanya dan cara pemakaiannya. Motifnya pun berbeda karena setiap motif memiliki makna tersendiri. Misalnya motif sekar jagad, sidomulyo, sidomukti dan masih banyak lagi motif yang terkenal pada kain jarik. Karena motif kain juga menggambarkan asal setiap daerahnya. Ketika seseorang memakai kain jarik, mereka akan berjalan dengan hati-hati, khususnya bagi wanita akan berjalan sangat anggun dan lemah lembut kelihatannya. Diera modern kain jarik akan digunakan sebagai bawahan dari busana kebaya. 7. Kain Tapih Pinjung sumber Pasangan untuk busana kebaya yaitu kain tapih pinjung atau kain sinjang jarik yang dililitkan pada bagian pinggang dari kiri ke kanan. Untuk menguatkan lilitan pada pinggang pengguna maka harus menggunakan stagen yang juga dililitkan di bagian perut berkali-kali sesuai ukuran panjang stagen. Stagen kemudian ditutupi kain atau selendang pelangi yang berwarna cerah agar tidak terlihat dari luar. 8. Stagen sumber Stagen adalah sebuah kain yang digulung setelah memakai kain tapih pinjung untuk menahannya agar tidak jatuh ketika digunaka. Stagen termasuk dalam pelengkap baju adat saat menggunakan beskap dan kebaya. Stagen sama halnya dengan kemben yaitu kain panjang yang digulung. Pakaian dalam in juga digunakan untuk terapi perut agar tidak terlalu besar. Namun, zaman sekarang bahan dasar dari kain stagen sudah jarang ditemukan. 9. Kuluk atau Kupluk atau Kopiah atau topi sumber Penutup kepala yang terkesan kaku dan tinggi. Fungsinya sama seperti blankon. Kuluk khusus digunakan oleh kaum pria saat menggunakan baju tradisional. Dahulu kuluk atau penutup kepala hanya boleh digunakan raja saat menghadiri upacara atau acara tertentu. 10. Surjan sumber Surjan merupakan salah satu model baju adat khususnya di Jawa Tengah. Pada umumnya surjan akan dikenakan oleh kaum pria tapi terkadang tidak sedikit wanita merancang surjan dalam bentuk kebaya agar bisa digunakan. Pemakaian surjan dilengkapi dengan kain jarik dan blangkon dan digunakan saat upacara adat atau acara adat tertentu. Jenis surjan yang pertama kali dibuat yaitu surjan lurik. Yang dibuat oleh Sunan Kalijaga untuk pakaian Takwa. Kata lurik berarti garis-garis yang menyimbolkan kesederhanaan yang berasal dari kata lorek. Lurik biasa digunakan oleh para pekerja di keraton dengan lurik yang besar maka semakin tinggi juga jabatan si pemakai. Motif surjan juga mengalami perkembangan, mulai dari motif garis-garis yang dibuat membujur, hingga motif kotak-kotak yang dikombinasikan dengan garis vertikal dan garis horisontal. Kemudian ada juga motif surjan ontrokusuma, yang bermotif bunga. Material kain khusus digunakan dalam pembuatan surjan ontrokusuma , yaitu kain sutra yang sudah bermotif berbagai macam bunga yang beraneka ragam. Surjan ontrokusuma hanya digunakan oleh kalangan bangsawan keraton dan pejabatnya, dan masyarakat umum tidak diperbolehkan untuk memakai pakaian ini tanpa seizin pihak keraton. Selanjutnya ada surjan motif jaquad dan motif yang terakhir. Motif ini seperti kebalikan dari motif ontrokusuma, jika motif tersebut gambaran bunga dan warnanya begitu terlihat tidak dengan motif jaquad. Motif jaquad memang bermotif dasar bunga tapi tidak tegas, warnanya pun tidak mencolok. 11. Kemben sumber Kemben adalah kain panjang yang berfungsi menutupi dada seorang wanita. Kemben digunakan dengan cara dililitkan pada bagian depan dada wanita sampai pinggul. Sebenarnya kemben hanyalah pelengkap pakaian adat, tapi pakaian satu ini sudah dari dulu digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah. 12. Keris sumber Keris memang bukanlah pakaian adat. Tapi keris sudah jadi barang wajib dalam pemakaian pakaian adat Jawa Tengah. Keris adalah salah satu senjata tradisional bahkan disebut senjata pusaka dalam budaya Jawa. Pada abad ke-9 lampau, senjata keris sudah ada di Pulau Jawa, dan hingga pada abad ke-14 senjata pusaka satu ini dijadikan lambang kebesaran di Nusantara. Bukan hanya dalam budaya Jawa menjadikan keris sebagai senjata pusakanya, misalnya seperti Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi hingga Pulau Kalimantan menjadikan keris sebagai lambang daerah masing-masing. Seiring perubahan zaman, keris digunakan sebagai aksesoris tambahan pada pakaian adat Jawa. Penggunaan keris pada pakaian adat Jawa Tengah mempunyai beberapa fungsi, antara lain a. Simbol Kejantanan Orang Jawa mengenal keris sebagai senjata yang sakit bagi mereka. Sebab itulah keris akan disematkan pada pakaian adat Jawa Tengah yang akan menyimbolkan “kejantanan” seorang pria. Penyematan keris akan menunjukkan pengantin pria terlihat mempunya kejantanan yang tidak terkalahkan. b. Perwakilan Jati Diri Selain melambangkan kejantanan pada pengantin pria, keris yang disematkan pada pakaian adat juga memberi kesan sebagai perwakilan jati diri dari penggunanya. Jati diri yang dimaksud yakni mengandung makna agar seseorang saling mengingatkan agar tidak mempunyai sifat yang tidak baik. Seperti, emosional, beringas, pemarah, sewenang wenang, mau menang sendiri dan adigan adigun adiguna. Akan ada hiasan untaian melati yang dipasang pada keris mengandung makna tersebut. c. Perwakilan Diri Karena dianggap sebagai benda atau senjata pusaka maka jika seorang pria atau pengantin berhalangan hadir saat acara penerimaan tamu, maka pengganti bisa digantikan oleh sebuah keris. Hal ini yang dianggap sebagai perwakilan diri yang cukup untuk menggantikan pengantin pria. Fungsi pakaian memang cukup beragam apalagi bagi para bangsawan. Pakain akan difungsikan sebagai hal yang estetik, religius, melambangkan strata sosial dan simbolik. Contoh fungsi estetisnya adalah menghiasi tubuh agar terlihat lebih bagus dan menarik. Sekian dulu pembahasan mengenai pakaian adat Jawa Tengah.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID N8AgCj9ahLBCPYezkQGHAcIivsKS7-uZqHC55w1guyRTrM778lPJCg==
Sketsa rumah adat Shutterstock Siapa pun bisa membuat sketsa rumah adat yang ada di sejumlah daerah di tanah air dengan mudah. Bagi pemula, simak inspirasi gambarnya pada artikel ini, ya! Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa daerah, dan adat. Hal ini tercermin dari beragamnya pakaian adat, kesenian, upacara adat, alat musik, senjata tradisional, lagu daerah, hingga rumah adat. Arsitektur rumah adat di Indonesia di tiap daerah dan provinsi tampak khas dan unik, lo. Tidak cuma dari segi fasad, tapi juga tata letak ruang atau ragam hias yang menjadi pelengkap rumah yang sarat dengan makna dan nilai luhur. Saat ini, ada banyak rumah adat yang masih dijaga secara turun temurun oleh masyarakatnya. Kamu juga tentunya bisa turut menjaga atau mengingat rumah adat dengan menggambar sketsa rumah adat yang ada di Indonesia. Namun, apa itu sketsa rumah adat dan bagaimana cara membuatnya? Sebelum melihat contoh gambar sketsa rumah, baca dulu informasi di bawah ini, yuk! Apa Itu Sketsa Rumah Adat? Sketsa rumah adat adalah gambar atau ilustrasi kasar dari desain rumah. Artinya, menggambarkan bentuk dan karakteristik dari rumah adat suatu daerah atau budaya tertentu. Sketsa biasanya digunakan untuk menggambarkan bentuk, tata letak, dan elemen dasar dari rumah yang akan dibangun. Nah, sketsa rumah adat dapat digambar dengan menggunakan pensil atau pulpen yang bertujuan untuk memberikan representasi visual tentang rumah adat. Dengan menggambar rumah adat, kamu bisa turut mengetahui setiap rumah adat yang ada di Indonesia. Hal ini karena rumah adat biasanya memiliki desain yang unik dan mengandung nilai-nilai filosofis. Gambar sketsa juga sering digunakan sebagai referensi awal dalam proses perancangan. Pada gambar sketsa, biasanya terdapat garis-garis yang menggambarkan dinding, jendela, pintu, atap, dan elemen-elemen lainnya. Cara Menggambar Sketsa Rumah Adat 1. Pelajari tentang Rumah Adat Cara menggambar rumah adat adalah mempelajari tentang rumah adat yang ingin kamu gambar. Mulai dari karakteristik, elemen arsitektur, dan kekhasan dari rumah adat tersebut. Cobalah ambil contoh gambar rumah adat dan baca informasi mengenai rumah adat tersebut. Hal ini bisa membantu kamu untuk memahami tentang rumah adat yang akan digambar. 2. Menentukan Skala Cara menggambar rumah adat adalah menentukan skala yang akan dibuat. Pilih skala yang dapat menggambarkan proporsi dan perbandingan yang benar antara elemen-elemen rumah adat. 3. Dimulai dari Garis Dasar Untuk membuat sketsa, mulailah dari garis dasar. Gambar garis dasar yang mewakili bentuk dari rumah adat dengan menggunakan pensil. Gambar dengan ketebalan yang sesuai untuk menggambar garis yang jelas. 4. Tambahkan Elemen Arsitektur Untuk menghasilkan gambar yang menarik, tambahkan detail seperti dinding, jendela, pintu, atap, dan lainnya. Kamu dapat menggambarnya dengan garis lurus atau lainnya tergantung pada desain rumah adat yang akan kamu gambar. 5. Dekorasi Untuk memperkuat identitas rumah adat, lengkapi dengan dekorasi khas rumah adat. Mulai dari ukiran, ornamen, atau pola dekoratif pada rumah adat. Meskipun sketsa rumah biasanya hitam putih, kamu dapat memberikan warna menggunakan pensil warna atau cat air. Dijamin, hasilnya akan terlihat lebih cantik dan menarik. Yuk, kita lihat contoh gambar sketsa rumah adat dari rumah adat Kalimantan, Jawa, hingga Papua. 1. Sketsa Rumah Gadang Rumah gadang. Sumber shutterstock 2. Rumah Adat Limas Rumah adat limas. Sumber youtube/puman creative 3. Rumah Adat Baduy Rumah adat baduy. Sumber youtube/all art 4. Rumah Adat Kalimantan Timur Rumah adat kalimantan timur. Sumber youtube/all art 5. Rumah Adat Kalimantan Selatan Rumah adat kalimantan selatan. Sumber youtube/all art 6. Rumah Adat Betawi Rumah adat betawi. Sumber youtube/gambar official 7. Rumah Adat Papua Rumah adat betawi. Sumber youtube/arts 8. Sketsa Rumah Adat Gorontalo Rumah adat gorontalo. Sumber 9. Rumah Adat Dayak Rumah adat dayak. Sumber youtube/budi riyanto channel 10. Rumah Adat Jawa Barat Rumah adat jawa barat. Sumber youtube/gambar official *** Itulah gambar rumah adat berbagai daerah di Indonesia, Property People. Semoga artikel ini bermanfaat dan menginspirasi. Jangan lupa, pantau terus artikel menarik lainnya lewat Cek juga perkembangan berita terbaru terkait properti di Google News. Kamu sedang mencari rumah terjangkau? Yuk, cek pilihan terbaiknya di karena kami selalu AdaBuatKamu.
- Kenta merupakan makanan turun-temurun khas Dayak Kalimantan Tengah Kalteng yang berbahan dasar ketan. Berbahan dasar ketan, lantas apa khasiat Kenta yang menjadi kudapan khas Dayak Kalteng ini? Makanan khas Dayak Kalteng, Kenta biasa ditemukan pada saat-saat tertentu atau dalam acara adat seperti Pakanan Batu. Upacara adat Dayak Pakanan Batu ini bermakna sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada peralatan yang dipakai saat bercocok tanam, membersihkan lahan, dan menuai atau panen. Makanan Kenta ini dibuat untuk mengawali kegiatan seperti panen atau pernikahan dalam Suku Dayak Ngaju. Proses pembuatan Kenta ini biasa disebut dengan Mangenta. Magenta adalah kegiatan turun temurun yang berasal dari nenek moyang suku Dayak Kalteng. Makna dari kegiatan ini agar bersyukur atas dimulainya panen padi pada saat musim untuk menuai. Sebagai bahan dasar Kenta, lantas apa khasiatnya? Simak Khasiat Kenta yang merupakan makanan tradisional Dayak Kalteng berikut ini. Beras ketan dipercaya punya banyak manfaat bagi kesehatan. Meski diolah menjadi beragam sajian kuliner, khasiatnya tidak hilang. Rasanya pun tidak kalah nikmat di lidah. Teksturnya yang lembut, lengket dan kenyal akan menggoda selera bila dipadukan dengan bahan makanan lain, seperti susu dan buah.
rumah adat pakaian adat makanan khas jawa tengah