KitabHakim-Hakim merupakan perbandingan yang berkebalikan dengan kitab Yosua dimana tercatat berkat yang dicurahkan Allah kepada Israel atas ketaatan mereka dalam menaklukkan tanah itu. Dalam kitab Hakim-Hakim, bangsa Israel tidak taat dan berhala, dan itu mengakibatkan berbagai kekalahan mereka. Akan tetapi, Allah tidak pernah berhenti DongengAnak: Kancil Hakim Yang Cerdik. Adik - adik cerita sang kancil memang sangat paling di minati oleh anak-anak, dongeng si kancil mempunya banyak kisah dan judul dengan karakter kancil yang cerdik dan pintar. Adik-adik tentu suka membaca juga kan. Kali ini kaka akan menuliskan cerita kancil dengan judul " KANCIL HAKIM YANG CERDIK ", mari ImamMuslim, Imam Abu Dawud, dan Imam Nasai meriwayatkan melalui hadis Uiman ibnu Hakim, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa kebanyakan bacaan yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dalam dua rakaat sebelum shalat Subuh ialah firman-Nya: Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami. (Al-Baqarah: 136 CERITAKANCIL"HAKIM YANG CERDIK". Suatu hari, di tepi hutan yang subur ada satu keluarga sapi yaitu sapi jantan, sapi betina dan anak sapi yang mulai beranjak remaja. Pemandangan di tepi hutan yang indah dan rumput yang hijau subur membuat mereka gembira. Anak sapi berkeliaran kesana kemari. "Bu, saya mau jalan-jalan ke tepi sungai". Ringkasancerita petani jagung yang cerdik. Jawaban: 1 Lihat. Pertanyaan Lain: SBMPTN. SBMPTN, 22.08.2019 02:50, siviaelma3582. Bagaimana memanfaatkan sumberdaya dalam memproduksi barang dan jasa yang di inginkan oleh masyarakat dan bagaimana mencegah penggunaan. Jawaban: 3 Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Mahkamah tanpa hati adalah cerita mengharukan dan menyentuh hati tentang seorang hakim yang jujur yang dihadapkan pada pilihan yang mengharukan cerpen tentang seorang hakim jujur ini menceritakan seorang kakak yang telah mengorbankan apa saja agar adiknya setelah sang adik sukses menjadi seorang hakim, malah dihadapkan dengan keputusan yang berat terhadap kasus yang menimpa cerpen sedih banget tentang kisah yang menggambarkan kejujuran disimak saja cerpen berjudul mahkama tanpa hati, berikut TANPA HATI Author Zaidan AkbarSejenak Rasyid termenung seorang diri. Ia menatap langit-langit rumahnya yang hanya terbuat dari rajutan daun rumbia. Sekilas ingatan Rasyid menyeretnya ke memori masa begitu jelas ketika masa kecil Rasyid bersama sang adik, yakni Ardan yang penuh kepahitan hidup. Bagaimana tidak, Rasyid dan adiknya sudah menjadi yatim piatu sejak mereka masih tanpa orang tua membuat Rasyid begitu menyayangi adiknya. Rasyid kecil dulu selalu berjuang, selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari buat mereka berdua tapi juga Rasyid terus berusaha keras agar dapat menyekolahkan adiknya demi pengorbanan telah Rasyid lakukan supaya Ardan, sang adik terus dapat melanjutkan sekolahnya bahkan hingga Ardan berhasil mendapatkan gelar sarjana Ardan telah sukses. Dengan pendidikan yang terus Ardan lanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi telah membaawa Ardan kepada posisi sekarang yang berhasil ia raih. Kini Ardan dipercaya sebagai seorang hakim di sebuah pengadilan Rasyid masih bergulat dalam lamunannya. Kisah-kisah yang ia lalui bersama Ardan tentunya penuh dengan rintangan hidup. memang tidak mudah bagi Rasyid dan Ardan menjalani hidup tanpa adanya kedua orang Rasyid kerap dirasuki rasa rindu yang tebal pada Ardan, adik satu-satunya itu yang begitu ia terakhir mereka adalah ketika Rasyid menolak bantuan yang ditawarkan Ardan kala saja suara Faridah yang menyapa lembut Rasyid terdengar jelas dan membuyarkan lamunan Rasyid. Rasyid sontak menoleh Faridah yang tak lain adalah istrinya sendiri. Faridah datang mendekati Rasyid."Pak! apa yang bapak pikirkan?" cetus Faridah dengan pertanyaannya."Tidak ada buk!" jawab Rasyid dengan singkatFaridah tersenyum mendengar ucapan suaminya itu, sebab Faridah tahu betul perangai Rasyid yang apabila Rasyid mulai melamun sendiri itu tandanya ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran Rasyid saat itu seketika Rasyid menghela napas panjang dan berkata."Buk! kira-kira bagaimana kabarnya Ardan sekarang ya?" ucap Rasyid bertanya"Bapak merindukan Ardan?" tanya Faridah balik pada hanya diam dan menundukkan kepalanya."Bagaimana kalau Bapak berkunjung saja ke rumah Ardan?Rasyid menggelengkan kepalanya untuk merespon pertanyaan istrinya lagi Faridah hanya tersenyum kecil melihat suaminya itu, mungkin Rasyid punya alasan tersendiri mengapa Rasyid tak menerima saran yang larut membuat sepasang suami istri itu tenggelam dalam sungutan jangkrik yang terus mendendangkan Rasyid dan Farida pun berhenti sampai di situ saja karena sudah saatnya mereka yang sebenarnya terjadi antara Rasyid dan Ardan?Sebenarnya kedua kakak beradik ini tidaklah bersiteru, namun pada akhir pertemuan mereka, Ardan begitu kesal pada selalu menawarkan bantuan kepada Rasyid, sang kakak. Bantuan itu seperti modal usaha agar Rasyid tidak lagi hidup seperti sekarang ini, namun beberapa kali Ardan menawarkan sesuatu tapi Rasyid kerap menolaknya dan akhirnya Ardan merasa kesal karena Ardan merasa Rasyid tak menghargai niat baik Ardan Ardan tak tega melihat kehidupan sang kakak yang hanya pas-pasan. Ardan ingin nasib Rasyid bukan Rasyid namanya jika ia begitu saja menerima bantuan siapapun juga meskipun itu hanya dari adiknya sehari-hari berprofesi sebagai nakhoda perahu penumpang. Biasanya orang-orang akan melewati sungai yang terbentang ketika ingin masyarakat pesisir, ini adalah jalan satu-satunya yang harus ditempuh jika warga untuk keluar masuk desa kecil yang Rasyid lakoni ini sudah lama sekali ia geluti bahkan sejak Rasyid masih remaja dan dengan pekerjaan ini pula dulu Rasyid mampu membantu pendidikan adiknya hingga di bangku profesi yang sama juga Rasyid jalani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari istri dan kedua yang indah kini datang juga. Matahari tampak gagah di singgasananya. Orang-orang bergegas dengan berbagai aktifitas hidup yang mereka jalani tak terkecil Rasyid."Hari ini aku kesiangan," bisik Rasyid dalam benaknya setelah sholat subuh tadi Rasyid tak bisa melawan rasa kantuknya hingga tanpa sadar Rasyid pun tertidur tepat di atas terus bergegas dan melanjutkan langkah kakinya dengan cepat untuk sampai di pelabuhan lama Rasyid berjalan kaki, sampailah ia ke pelabuhan itu dan di sana Pak Salman yang merupakan pemilik perahu tumpangan tempat Rasyid bekerja nampak geram sekali atas keterlambatan Rasyid."Rasyid, Rasyid!" ucap Pak Salman sambil menggelengkan kepalanya"Jam berapa sekarang? kenapa kau terlambat? ada apa? biasanya kau tidak begini"Pak Salman mencerca Rasyid dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa ia jawab."Sekarang kau pulanglah! untuk hari ini tugasmu telah digantikan oleh Herman, kebetulan Herman sedang tak melaut" tegas Pak Salman meminta maaf atas kesalahannya itu dan Pak Salman terlihat hanya mengangguk-angguk saja sebagai tanda bahwa Pak Salman juga telah memaafkan ada yang bisa Rasyid kemukakan sebagai alasan terhadap kesalahan yang telah ia buat, namun yang pasti Rasyid kini pulang ke rumah dengan tangan hampa. Itu artinya tak ada penghasilan Rasyid untuk hari di rumah, Faridah terkejut melihat suaminya sudah berdiri di depan pintu dengan wajah yang murung."Pak! Bapak kok balik lagi?" tanya Faridah begitu tak menjawab pertanyaan istrinya itu. Rasyid tampak lesu dan langsung duduk bersandar di teras rumah mereka sembari menahan kecewa Rasyid memang kentara sebab ia tahu hari ini tak ada sesuatu apapun di rumah mereka yang dapat dimasak untuk jadi makanan hari sudah kandas, uang belanja telah pula habis. Biasanya Faridah berhutang dulu di kios Buk Marwah menjelang suaminya pulang di sore hari baru hutang itu ia bayar, tapi hari ini berbeda karena Rasyid tidak bekerja dan tak punya Faridah hanya menatap suaminya yang sedang kalut dalam renungan itu. Faridah mulai faham apa yang pikiran Rasyid terlintas wajah kedua anaknya yang sebentar lagi akan pulang sekolah. Apa yang akan mereka makan? hati Rasyid terus bertanya-tanya dalam lama kemudian terdengar suara kedua bocah mengucapkan salam. Mereka adalah buah cinta antara Rasyid dan Faridah. Ya! mereka adalah Agus dan Irfan. Kedua bocah yang selalu menjadi energi bagi kebahagiaan Rasyid dan pun menghampiri kedua anaknya itu. salam hormat kedua bocah itu tampak begitu tulus ketika mereka mencium tangan kini merupakan siswa kelas Delapan SMP sedangkan Irfan masih kelas lima SD, namun harapan dan masa depan mereka bergantung di pundak Rasyid yang kerap menginginkan anaknya untuk terus melanjutkan pendidikan agar dapat menjadi orang-orang sukses di kemudian untuk ini Rasyid bersedia berkorban demi sekolah anak-anaknya, Tak ubahnya seperti yang pernah Rasyid lakukan dulu saat ia terus gigih dalam memperjuangkan pendidikan adiknya Ardan."Ibu, aku lapar!" ujar Irfan yang masih polos dengan mengelus perutnyamendengar itu, air mata Faridah mulai tergenang di kelopaknya."Iya, Iya, sebentar lagi ibu masak, nak! sahut Faridah dengan suara sedikit serak karena menahan tatapan Rasyid lekat dan mulai berair saat melihat anaknya yang mengeluh lapar itu. Rasyid menghela nafas panjang lalu Faridah melirik Rasyid yang dari tadi diam dan tak berkata sepatah kata pun itu Rasyid berdiri dan seketika ia keluar dari rumahnya. Tanpa berucap apapun Rasyid melangkahkan kakinya untuk pergi sejenak .Faridah cukup memahami kondisi keluarganya dan ia mengerti betul apa yang akan terjadi jika satu hari saja Rasyid tak menenangkan kedua buah hatinya, Faridah mendekati anak-anaknya dan berkata."Nak! Hari ini ayahmu tak bekerja, kita tak punya uang untuk beli makanan, minum air putih saja ya!" ucap Faridah merayu mengerti atau tidak namun kedua bocah itu menganggukkan kepala dan Faridah langsung mengusap rambut keduanya dengan sepasang mata yang sejak tadi berjalan dan berlalu hingga siang berubah menjadi sore, namun Rasyid tak jua rumah mereka Faridah terlihat was-was karena suaminya itu tak nampak batang hidungnya sejak tadi dan kedua anaknya, Agus dan Irfan masih saja berjuang melawan rasa lapar mereka sampai malam pun datang adalah malam yang begitu dingin. Di luar sisa-sisa hujan yang senja tadi turun telah meninggalkan gerimis-gerimis kecil yang tak jua kunjung reda, sedangkan Rasyid pergi entah kemana dan belum pulang hingga Faridah melihat kedua putranya terus gelisah. Agus dan Irfan tak bisa tidur karena laparnya perut mereka yang tak berisi dari tadi tak ke habisan akal, Ia mulai membacakan dongeng dari buku yang ada di dalam tas Irfan hingga lambat laun kedua bocah lapar itupun tertidur jua dalam pelukan ibu Faridah memandangi kedua bocah yang tidur dalam lelap itu. Ternyata sekuat-kuatnya hati seorang ibu akhirnya menangis juga saat melihat anaknya diterpa derita seperti ini. Butir demi butir air mata mengalir berjatuhan di pipi lama suara Rasyid ucapan salam terdengar dari luar. Faridah bergegas membukakan pintu. Ternyata sang suami yang ditunggu telah pulang dengan menenteng tiga bungkus nasi goreng dalam sebuah tak masuk ke dalam rumah, Rasyid langsung berucap."Agus dan Irfan mana Buk?""Mereka sudah tidur Pak," jawab Faridah lembutLalu Rasyid masuk ke rumah dan terus menyibak tirai kamar tidur kedua putranya itu. Agus maupun Irfan telah tidur pulas dengan mimpi-mimpi kedua buah hatinya yang terlelap itu, mata Rasyid mulai basah berair. Tangisan Rasyid mungkin tak terdengar tapi hatinya pilu sekali menyaksikan anak-anaknya tertidur dalam keadaan perut kosong karena seharian belum ada yang dimakan."Dari mana saja Pak? Aku dan anak-anak khawatir," ucap Faridah pada suaminya"Aku tak tega melihat Agus dan Irfan tak makan seharian, aku mendatangi Pak Salman di pelabuhan, aku berharap dapat pinjaman buk!" jawab Rasyid menjelaskan."Lalu ...?" tanya Faridah dengan penasaranKemudian Rasyid menatap istrinya yang bertanya itu seraya berujar."Aku tak mendapatkan apapun dari Pak Salman."Untung tadi aku bertemu Herman yang menggantikan pekerjaanku hari ini, dia membagi penghasilannya padaku dan aku membelikan beberapa bunkus nasi goreng ini," tegas Rasyid lagi dengan genangan air menghela napas panjang dan ia berkata."Sudahlah Pak! Bapak makanlah dulu."Rasyid menggeleng kemudian berucap."Kau makanlah bu, aku tak selera.""Kalau begitu nasi goreng ini ibu simpan saja, kita makan besok saja bersama anak-anak kita, ya kan pak?" ujar menganggukkan kepalanya sebagai respon terhadap tanggapan istrinya pun tersenyum kecil dan tak lama mereka pun istirahat karena malam sudah begitu harinya Rasyid bangun pada subuh sekali. Sebagai seorang muslim Rasyid melaksanakan sholat subuh sebagaimana yang selalu ia mulai menampakkan diri meskipun baru sedikit di atas ufuk. Rasyid tak ingin terlambat seperti sekali Rasyid bergegas ke pelabuhan dan hari ini Rasyid harus dengan semangat menjalani pekerjaannya itu yakni sebagai nakhoda kapal kayu demi hari terus ia lakoni pekerjaan itu dan kondisi keuangan keluarga Rasyid pun mulai kembali suatu malam, entah mengapa Rasyid kembali menatap fhoto masa kecilnya bersama Ardan sang adik. Rasyid meraih fhoto itu yang selama ini tergantung di dinding anyaman bambu batin Rasyid sangat merindu adiknya itu, Ardan yang selalu ia perjuangkan dulu hingga kini telah sukses menjadi seorang hakim. Di sela kerinduannya terselip rasa bangga yang dari jauh Faridah memperhatikan kelakuan suaminya itu. Betapa Faridah sangat tahu sungguh Rasyid menyayangi Ardan, sayang sekali dan rasa itu tak pernah berubah sampai hari hanya membiarkan Rasyid menikmati kerinduannya pada Ardan . Faridah tak ingin masih saja menatap fhoto yang dipegangnya itu. namun ketika Rasyid sedang asyik dengan kenangan masa lalunya, tiba-tiba Agus datang menghampiri sang ayah."Ayah rindu paman ya?" tanya melempar senyum pada Agus untuk menjawab pertanyaan menarik tangan anaknya untuk duduk di sampingnya."Nak! ayah rindu sekali pada pamanmu," ungkap Rasyid dengan terus menatap fhoto kecil mereka itu"Ayah ingat betul waktu itu, ketika pamanmu masih kecil, ia pernah sakit demam, ayah sangat khawatir sekali, ayah panik"Pada saat itu di luar hujan turun dengan lebat dan ayah juga tak punya uang kala itu, namun ayah tetap pergi ke apotik, ayah menangis tersedu-sedu sepanjang perjalanan."Ayah berlutut dan bermohon pada pemilik apotik agar diberi obat demam untuk pamanmu dan pemilik apotik itu memberinya."Lalu ayah pulang dengan menghapus air mata di sela hujan yang begitu lebat. Semuanya ayah lakukan agar pamanmu dapat sembuh dari demamnya."Rasyid menceritakan sepenggal kisah masa kecilnya bersama Ardan kepada anaknya."Jika ayah rindu, mengapa ayah tak datang saja ke rumah paman?" tanya Agus pada sang ayah"Apa ayah malu karena hidup kita miskin?" tanya Agus lagi"Tidak!" jawab Rasyid singkat"Atau paman sudah tak peduli pada Ayah?" Agus kembali bertanyaRasyid hanya menggeleng dan sejenak Rasyid menarik napas panjang kemudian ia langsung berucap."Sudah lah! sana pergi tidur, ini sudah jauh malam""Iya ayah," sahut Agus belum berdiri dari tempat duduknya seperti ada yang ingin ia tanyakan lagi pada ayahnya."Apa lagi, nak?" tanya Rasyid pada anaknya"Ayah, besok kan hari Minggu, Agus libur, apa boleh Agus ikut bersama ayah naik perahu?" pinta Agus."Untuk apa kau ikut? ayah kan bekerja," ujar Rasyid sambil mengusap kepala anaknya itu"Sekedar berjalan-jalan Yah, lagi pula aku ingin besok seharian bersama ayah, boleh ya yah, boleh ya," Agus bermohon merayu sang ayahRasyid mengangguk sambil tersenyum sebagai tanda bahwa Rasyid bersedia mengabulkan permintaan yang di tunggu ternyata telah datang. Agus menyambutnya dengan riang. Agus bersiap-siap pada pagi ini Agus akan bersama Ayahnya satu harian penuh. Ini adalah kesempatan langka bagi Agus meskipun hanya sekedar naik perahu mengikuti ayahnya cerita, mereka pun berangkat dengan hati yang bahagia terutama Agus. Rasyid menggandeng tangan anaknya dan menaikkannya ke Parahu kayu ini penumpang memang tak banyak, hanya sebelas orang saja, namun hati Rasyid cukup senang karena ia merasa Agus bahagia ikut kayu berpenumpang itu mulai melaju menjauhi pelabuhan. Agus mulai menikmati perjalanannya dengan memperhatikan hamparan sungai yang begitu mesin perahu memang terdengar bising di telinga, namun semua itu berpadu dengan segumpal bahagia di hati air sungai yang surut di muara selat Malaka ini membuat air cukup deras, entah kenapa langit tiba-tiba mendung, gerimis mulai turun namun tak lama gerimis berubah menjadi hujan yang yang semula cerah langsung berubah dengan kilatan petir dan menciptakan suara gemuruh yang bersahutan. Suasana terasa mencekam. Rasa was-was mulai menghantui penumpang tak terkecuali mesin perahu seketika mati dan balok besar di muara menghantam keras dinding haluan perahu hingga papan badan perahu itu pecah, sontak saja air menderu masuk melalui pecahan mulai sarat dengan air, angin yang kencang dan gelombang ombak yang besar membuat perahu tiba-tiba terbalik dan tenggelam di tengah sungai muara selat yang penumpang riuh diantara suara lebatnya hujan, petir dan gemuruh. Di sela itu terdengar pula suara bocah memanggil ayah dengan suara yang keras bersama berhasil memdapatkan sebuah jirigen dan sempat pula meraih tangan Agus yang sedang menangis itu, namun derasnya air membuat Agus terbawa arus bersama teriakan perih yang memanggil ayah itu dan seketika Agus cepat peristiwa itu terjadi hingga tak lama beberapa perahu nelayan menolong malang tak dapat ditolak. kecelakaan itu memakan korban dan menewaskan sembilan orang termasuk Agus yang juga anak kandung Rasyid sendiri sedangkan Rasyid dan tiga penumpang lainnya berhasil sore harinya mayat-mayat mereka pun ditemukan oleh tim pencari. Keluarga para korban begitu sedih sekali dan juga hal yang sama terasa di batin dikuburkan berjejer di pemakaman umum dan kampung kecil di pesisir itu kini sedang Faridah sebagai seorang ibu sangat terpukul sekali bahkan Faridah sempat pingsang histeris setelah ia mendengar kabar duka hari telah berlalu, luka di keluarga korban tentu belum lagi sembuh. Tiba-tiba empat orang polisi datang ke rumah Rasyid dan memboyongnya ke tahanan karena dalam kejadian tersebut Rasyid lah tersangkanya sebab dinilai lalai hingga menghilangkan nyawa orang kabar Rasyid yang ditahan itu terdengar ke telinga Ardan. Tentu kesedihan di hati Ardan pun tak bisa ia tutupi. Seorang hakim yang tegas dan jujur. begitulah orang-orang mengenal Ardan selama itu keluarga Rasyid tak pernah merasa tenang. Faridah dan Irfan sering dicemooh keluarga korban lainnya yang menganggap Rasyid adalah penyebab mereka kehilangan orang yang mereka sayangi, padahal Agus yang juga anak kandung Faridah juga ikut tewas dalam kejadian kemudian kasus Rasyid naik ke pengadilan. Dalam persidangan yang di gelar ternyata Ardan berperan sebagai yang duduk di bangku terdakwa dan rasyid terus menundukkan kepalanya. Sedangkan dalam hati Ardan, terbersit rasa sangat kasihan pada nasib yang menimpa kakak tercintanya penuntut umum terus membeberkan hal-hal yang menunjukkan Rasyid bersalah. Fakta-fakta persidangan mengungkap kelalaian Rasyid seperti Rasyid tak memeriksa terlebih dahulu mesin perahu yang ia kemudikan itu sampai-sampai Rasyid lalai karena tak memprediksi cuaca yang mungkin buruk dan dapat menjadi kendala saat Ardan tak kuasa menahan ini semua, namun sebagai seorang hakim Ardan cukup pandai menyembunyikan perasaannya diskors dan dilanjutkan minggu depan. Sedangkan Rasyid hanya tertunduk dan sekedar menjawab pertanyaan yang dilontarkan penyesalan yang dalam terus mengusik batin Rasyid hingga ia kehilangan Agus anak sulungnya suatu malam Ardan tampak murung. Photo masa kecil antara Ardan dan Rasyid juga ia tatap. Tiba-tiba air mata Ardan mengalir begitu masa lalunya bersama sang kakak membuat Ardan larut dengan mata yang ini Rosa yang juga istri Ardan ikut bersedih. Rosa mencoba menenangkan hati suaminya itu dengan mengusap-usap punggung Ardan, suaminya."Apa yang harus kuputuskan buk?" cetus Ardan dengan pertanyaannya pada sang istri."Apa kata hatimu Pak?" Rosa bertanya balik pada suaminya."Ini cukup berat, semua yang ku dapatkan hari ini adalah buah dari perjuangan dan pengorbanan bang Rasyid," ucap Ardan hanya terdiam mendengar itu."Aku sangat menyayangi bang Rasyid, aku rindu padanya, tapi aku tak ingin bertemu dia dalam keadaan seperti ini, aku tak kuat," tambah Ardan berganti dan tibalah dimana Ardan harus membacakan putusannya pada persidangan orang menunggu putusan yang penting itu. Suasana yang hening tergambar di ruang sidang itu dan Ardan mulai membaca putusannya serta berucap."Saudara Ahmad Rasyid bahwa dalam ketentuan Pasal 359 KUHP diatur mengenai perbuatan yang mengakibatkan orang mati karena salahnya yaitu,"Barang siapa karena kesalahannya kealpaannya menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun."Oleh karena itu setelah meneliti bukti dan mendengarkan keterangan para saksi maka majelis hakim memutuskan bahwa saudara Ahmad Rasyid terbukti bersalah secara hukum dengan sah dan meyakinkan serta dihukum dengan pidana penjara tiga tahun."Putusan telah dibacakan seketika palu hakim diketuk oleh Ardan dan seketika itu pula, Ardan berdiri dan berbalik badan untuk menyapu air matanya yang terus mengalir. Ardan mencoba menyeka air mata itu namun terus saja menatap kakaknya yang masih tertunduk di kursi terdakwa itu. Sejenak Ardan terbayang pengorbanan kakaknya yang mengasuh, merawat serta menyekolahkan masa lalu itu seperti film lama yang diputar ulang di pikiran Ardan. Ardan teringat saat dirinya kecil Rasyid kecil pula yang menyuapinya, Rasyid rela putus sekolah dan bekerja asalkan Ardan dapat melanjutkan saat Ardan kecil sakit maka Rasyid rela berhujan-hujanan untuk membelikan obat buat Ardan. Rasyid selalu membawa makan untuk Ardan kecil setelah Rasyid pulang bekerja. Rasyid berkata ia tak lapar namun perutnya berbunyi dan itu agar makanan yang Rasyid bawa dimakan oleh Ardan adiknya. Rasyid kerap hanya makan sisa-sisa dari apa yang telah dimakan Ardan. Begitulah Rasyid berkorban untuk Ardan sebab sejak kecil keduanya telah ditinggal mati kedua orangtua luar ruang sidang terlihat Faridah dan Irfan sedang menangis terisak-isak. Ardan coba menghampiri mereka, namun Faridah membawa anaknya menjauhi Ardan. Nampaknya Faridah begitu kecewa atas putusan Ardan sekali Ardan dan Rosa istrinya berkunjung ke rumah Kakak iparnya itu. Ardan mencoba membantu kehidupan keluarga Rasyid, sebab sejak Rasyid di penjara keuangan keluarga Rasyid makin terpuruk bahkan kini untuk kehidupan sehari-hari, Faridah terpaksa bekerja sebagai pembelah Ikan di sebuah gudang pengasinan olahan baik Ardan bersama Rosa di sambut dingin oleh Faridah dan tentunya Faridah menolak mentah-mentah bantuan yang di berikan oleh Ardan itu. Rasa kecewa Faridah membuat ia begitu membenci Ardan."Kau tak punya hati Ardan," cerca Faridah pada Ardan."Apa kau tak bisa membantunya? dia itu kakakmu!" ucap Faridah lagi dengan nada tinggi."Apa yang harus kulakukan kak?" tanya Ardan pada Faridah."Memang dasar hatimu tidak ada lagi buat kakakmu," ucap Faridah dengan ketus."Hatiku akan selalu ada buat bang Rasyid, akan selalu ada untuk selamanya, rasa sayangku tak pernah hilang padanya, tapi apa kakak tahu bahwa keadilan itu memang tak pernah punya hati," kata Ardan."Aku selalu memikirkannya, putusan yang ku buat adalah sesuatu yang berat menghimpit batinku, namun aku bisa apa? Aku hanya budak keadilan, maaf kak jika kakak kecewa dengan apa yang ku putuskan pada bang Rasyid, aku permisi,"Ardan menarik tangan Rosa, istrinya untuk beranjak keluar dari rumah terus berjalan sudah satu tahun Rasyid di penjara. Sementara Faridah dan Irfan, nasib hidup mereka semakin memburuk. Faridah yang tiap hari bekerja keras membuat kesehatannya rupanya kini kondisinya sakit-sakitan hingga suatu hari Faridah menemui ajalnya setelah penyakit semakin parah dan akhirnya Faridah meninggal untuk mengasuh Irfan, Ardan dan Rosa mengambil alih atas hak itu sebab Ardan dan Rosa setelah lama menikah ternyata belum juga di karuniai seorang saat terjadi kerusuhan di lapas dimana Rasyid ditahan. Perselisihan antara beberapa napi dan sipir penjara menjadi penyebab kerusuhan itu. Para napi baku hantam dengan sipir di lembaga pemasyarakatan pun tak dapat terelakkan lagi bahkan Rasyid yang tak ikut-ikutan dalam hal itu turut menjadi korban dan meregang nyawa saat peristiwa yang naas itu dimakamkan dan bersama napi-napi lainnya yang menjadi korban. Ardan begitu terpukul dengan hal ini. Barang barang Rasyid dikembalikan dan di antaranya ada sepucuk surat buat Irfan."[Irfan anakku, jangan pernah membenci pamanmu, sebab apa yang ia lakukan adalah bagian dari tugasnya."[Irfan, Meskipun saat ini kau belum mengerti tapi suatu saat jika ada orang yang bicara bahwa pamanmu tidak punya hati, mereka salah! hatinya selalu ada buat ayah, hanya saja pamanmu itu lebih cinta pada sumpah dan janji yang pernah ia ucapkan pada negara."[Anakku! setelah kematian Agus, kakakmu dan juga disusul oleh ibumu, Ayah berharap jaga dirimu baik-baik, jika nanti sesuatu terjadi pada ayah jangan pernah salahkan pamanmu."[sayangku selalu buat mu, Irfan anakku."Surat ini dibaca oleh Ardan dan Irfan bersama-bersama. Air mata keduanya tenggelam dalam tangisan yang memilukan. Langsung saja Ardan memeluk Irfan erat-erat. Dalam hatinya Ardan bergumam."Bang Rasyid! aku akan menjaga Irfan sebagai pengganti dirimu, akan ku perjuangkan pendidikannya, sekarang Irfan telah menjadi anakku,"Lama waktu telah berlalu bahkan dua belas tahun sejak kematian Rasyid. Irfan selama ini menjadi seorang anak bagi pasangan Ardan dan menyayangi Irfan dengan segenap jiwa dan raga mereka. Hari ini Irfan akan di wisuda menjadi seorang sarjana hukum. Irfan juga bercita-cita ingin menjadi seperti Ardan yakni seorang hakim jujur, tegas dan cinta akan memang tidak punya hati namun hati nurani dalam diri Ardan akan terus hidup dalam batinnya khusunya buat Rasyid, seorang kakak yang ia cintai dan yang akan selalu abadi dalam hati Ardan a m a t- Adik - adik cerita sang kancil memang sangat paling di minati oleh anak-anak, dongeng si kancil mempunya banyak kisah dan judul dengan karakter kancil yang cerdik dan pintar. Adik-adik tentu suka membaca juga kan. Kali ini kaka akan menuliskan cerita kancil dengan judul "KANCIL HAKIM YANG CERDIK", mari adik-adik kita lanjutkan membaca ceritanya. Search suggest kancil menjadi hakim, hakim binatang, cerita rimba, kancil yang cerdik, cerpen kancil, dongeng kancil, kancil dan buaya, cerita sang kancil, sang kancil Hakim Yang Cerdik Memperdaya Buaya Pada suatu hari ditepi hutan yang subur ada tiga ekor Sapi, mereka adalah Sapi betina, Sapi jantan dan anak mereka seekor Sapi yang baru beranjak remaja. Tampak pemandangan tepi hutan yang indah dan rumput yang hijau tumbuh subur membuat mereka gembira. Terlihat anak Sapi berlarian kesana kemari. "Bu saya mau jalan ke tepi sungai" "Boleh tapi jangan jauh-jauh ya!" jawab Ibu Sapi "iya Bu . . !" Sapi muda itu pun berjalan pergi ketepi sungai, ia melihat banyak hewan-hewan kecil di sekitar sungai. Hatinya senang saat melihat katak berloncatan kian kemari. Dongeng kancil Tak terasa ia pun sudah jauh meninggalkan tempat kedua orang tuanya. "Toolooong . . .!" tiba-tiba si Sapi muda mendengar suara merintih minta tolong. Aih, ternyata didepan sana ada seekor Buaya sedang tertindih batang pohon yang patah. "Tolong, tolong lah aku . . ." rintih siBuaya dengan suara sangat memelas. "Kau ini kenapa Buaya" tanya Sapi sambil mendekat "Aduh Sapi yang baik, sudah dua hari aku tertindih kayu besar ini" "Siapakah yang menindihmu dengan batang kayu besar ini Buaya" Tanya Sapi lagi. "gara-gara gempa bumi dua hari yang lalau. dan sekarang tolong lah aku Sapi yang baik" Jawab si Buaya "Ah, aku rasa aku tidak akan bisa menolong mu" Kata Sapi "Lho, kenapa? kau pasti kuat mendorong kayu yang menindihku ini." "Kuat sih kuat Buaya, tapi. . . . .!!" "Tapi kenapa Sapi?" Anak Sapi itu teringat pesan-pesan dari ibunya bahwa bangsa Buaya tidak bisa dipercaya, mereka mempunyai sifat licik sekali dan suka makan daging hewan lainnya. "Tidak Buaya, aku ingat pesan Ibuku dan aku tidak mau menolong mu Buaya" Kata Sapi."Kalau kau ku tolong nanti jangan-jangan kau akan memangsaku Buaya. ." "Jangan kuatir Sapi, aku tidak akan melukai mu." "Tidak Buaya . .! Aku tidak bisa mempercayaimu." "Oh, Sapi yang baik. Apakah kau tidak kasihan kepadaku, sudah dua hari aku tersiksa begini, tak bisa makan tak bisa minum, dan dada aku pun terasa sangat sesak Sapi" rayu si Buaya. "Tapi kau binatang jahat Buaya" "Oh Sapi yang baik, itu kan dulu. Dan setelah tertindih kayu begini sekarang aku sadar bahwa aku memerlukan hewan lain, maka sekarang ini aku sudah bertobat, tolonglah aku Sapi, huk..huk..huk. . ." Rayu Buaya sambil mengeluarkan air mata. Sapi muda itu pun mulai terpengaruh oleh rayuan Buaya, dan lama-lama Sapi pun merasa kasihan juga terhadap Buaya. "Baiklah Buaya, aku akan menolongmu, tapi kau harus janji Buaya, nanti setelah aku tolong kau jangan memakan atau mencelakakan aku Buaya" "Iya aku janji Sapi, percayalah" jawab Buaya. Lalu Sapi muda pun berusaha menolong Buaya dengan mendorong kayu sekuat tenaga, dan akhirnya plong! Buaya terlepas dari tindihan batang kayu. Tapi....astaga! begitu Buaya sudah bebas dan terlepas dari tindihan kayu Buaya itu langsung meloncat ke punggung Sapi dan menerkam punuk si Sapi. dongeng untuk anak "Aduuhh..!" pekik Sapi kesakitan. "kenapa kau menggigit punukku Buaya?" "Lho, aku kan sudah minta tolong kepadamu Sapi, bahwa aku tertindih kayu selama dua hari, tidak makan dan tidak minum. Sekarang kau harus menolongku agar aku bebas dari rasa haus dan lapar." kata si Buaya. "Dengan memakan dagingku?" tukas Sapi. "Betul Sapi, sekaligus meminum darahmu." "Dasar Buaya licik, tidak tahu balas budi!" "Sudahlah Sapi muda yang bodoh!" sergah Buaya."kau terima saja nasibmu." "Tidak Buaya, ini tidak adil" teriak Sapi. "Lho, ini sudah hukum rimba Sapi, Siapa yang kuat dialah yang menang" "Tidak Buaya, aku tidak bisa terima." tukas Sapi. "Kau bisa bertanya pada makhluk yang lain, boleh hewan ataupun benda apa saja, pasti mereka akan membenarkanku" Sahut Buaya. "Ya, aku akan meminta keadilan pada yang lain" kata Sapi. Datang pertolongan kancil ditunjuk sebagai hakim Dan kebetulan saat itu ada tikar lapuk hanyut di sungai. Sapi menceritakan kejadian yang menimpanya dan meminta pendapat tikar lapuk. Apa jawabannya? "Itu sudah benar, terimalah nasibmu. Aku juga mengalaminya, ketika aku masih dalam keadaan baru aku di pakai, jika aku kotor aku dibersihkan tapi setelah ku lapuk dan banyak yang bolong aku dibuang begitu saja kesungai" jawab Tikar lapuk. "Nah, benarkan kataku Sapi" sahut Buaya. "Tidak, nah itu ada keranjang hanyut." protes Sapi. Tapi ketika keranjang itu di tanya jawabannya persis seperti tikar "ketika masih baru da masih utuh aku dipakai, kini setelah rusak aku dibuang begitu saja kesungai" "Nah, benar'kan?" sahut Buaya. Tiba-tiba ada seekor bebek betina tua berenang, Sapi dan Buaya pun meminta pendapat bebek. "Kukira Buaya benar, sebab manusia juga kejam, ketika aku masih muda dan bisa bertelur aku dipelihara, sekarang ketika aku mau disembelih, untungnya aku bisa melarikan diri, jadi tirulah perbuatan manusia, mereka mau enaknya sendiri" "Hohoho... kau mau mengadu kemana lagi Sapi." Saat itu kebetulan kancil lewat didepan Buaya dan Sapi. Kali ini Buaya yang meminta pendapat kancil. Buaya juga yakin kalau kancil juga akan membenarkan pendiriannya. "Kalau aku diminta menjadi hakim, aku harus tahu awal kejadiannya." kata kancil."Apakah kalian keberatan jika mengulang awal kejadian yang kalian alamai?" "Tidak! aku tidak keberatan." sahut Buaya. dongeng anak Maka dilakukanlah pengulangan itu. Buaya kembali ketempatnya semula dan Sapi mengembalikan kayu yang semula menindih Buaya kepunggung Buaya. "Benarkah kejadiannya seperti ini?" tanya kancil "Benar!" jawab Sapi dan Buaya bersamaan "lalu Buaya memanggilku agar aku mau menolongnya" sahut Sapi Kancil mendekati Sapi dan berbisik kepada Sapi "Ayo Sapi kita tinggalkan saja Buaya jahat ini. Tidak usah kau tolong" Sapi baru sadar inilah kesempatan baginya lolos dari bahaya maut. Tanpa basa basi lagi Sapi mengikuti arah lari kancil yang sudah meloncat lri lebih dulu. "Hei..... tunggu.... ! Jangan pergi dulu.... !" teriak Buaya. Tapi Sapi dan kancil tidak menghiraukannya. Baca juga cerita lainnya Kancil Dan Siput Lomba Berlari Hikmah Cerita Adik-adik yang baik dari cerita pendek tadi kita bisa ambil hikmahnya. Bahwa mempunyai sifat yang Rakus dan tidak tahu balas budi akibatnya bisa celaka. Nah adik-adik yang baik sekian cerita kancil yang cerdik dari kakak, baca lagi yuk, cerita-cerita kancil lainnya. Pertanyaan Jawaban Penulis Kitab Hakim-Hakim tidak menuliskan nama pengarangnya. Tradisi menyatakan bahwa nabi Samuel merupakan penulis kitab ini. Ada bukti bahwa penulis kitab Hakim-Hakim masih hidup setelah periode ini. Samuel memenuhi kualifikasi tersebut. Tanggal Penulisan Kitab Hakim-Hakim dituliskan di kurun waktu antara tahun 1045- 1000 Tujuan Penulisan Kitab Hakim-Hakim dapat dibagi menjadi dua bagian 1 Pasal 1-16 mengisahkan peperangan yang diawali dengan penaklukan Israel akan bangsa Kanaan dan diakhiri dengan penaklukan bangsa Filistin dan kematian Samson. 2 Pasal 17-21 dipakai sebagai lampiran dan tidak berhubungan dengan pasal-pasal sebelumnya. Pasal-pasal tersebut mencatat peristiwa-peristiwa di kala “tidak ada raja di antara orang Israel" Hakim-Hakim 176; 181; 191; 2125." Kitab Rut tadinya merupakan bagian dari kitab Hakim-Hakim, tetapi pada tahun 450 dipisahkan menjadi kitab tersendiri. Ayat Kunci Hakim-Hakim 216-19 "Maka TUHAN membangkitkan hakim-hakim, yang menyelamatkan mereka dari tangan perampok itu. Tetapi juga para hakim itu tidak mereka hiraukan, karena mereka berzinah dengan mengikuti allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Mereka segera menyimpang dari jalan yang ditempuh oleh nenek moyangnya yang mendengarkan perintah TUHAN; mereka melakukan yang tidak patut. Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka. Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu." Hakim-Hakim 1015 " Kata orang Israel kepada TUHAN "Kami telah berbuat dosa. Lakukanlah kepada kami segala yang baik di mata-Mu. Hanya tolonglah kiranya kami sekarang ini!" Hakim-Hakim 2125 " Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." Rangkuman Kitab Hakim-Hakim merupakan kisah tragis karena Yahweh [Allah] tidak dihargai oleh umatNya selama bertahun-tahun dan berabad-abad. Kitab Hakim-Hakim merupakan perbandingan yang berkebalikan dengan kitab Yosua dimana tercatat berkat yang dicurahkan Allah kepada Israel atas ketaatan mereka dalam menaklukkan tanah itu. Dalam kitab Hakim-Hakim, bangsa Israel tidak taat dan berhala, dan itu mengakibatkan berbagai kekalahan mereka. Akan tetapi, Allah tidak pernah berhenti mengasihi umatNya, setiap kali mereka bertobat dari perbuatan jahat mereka dan memanggil namaNya Hakim-Hakim 218. Melalui 15 hakim Israel, Allah menghormati janjiNya kepada Abraham untuk melindungi dan memberkati keturunannya Kejadian 122-3. Setelah kematian Yosua dan angkatannya, Israel kembali menyembah Baal dan Asytarot. Allah membiarkan bangsa Israel menderita sebagai akibat penyembahan berhala. Di kala itu, umat Allah dengan tangisan keras kepada Yahweh meminta pertolongan. Allah mengutus hakim-hakim bagi mereka untuk membawa mereka kembali kepada kehidupan yang benar. Dari waktu ke waktu, mereka kembali mengabaikan Allah dan kembali kepada hidup yang penuh kejahatan. Oleh karena janji Allah kepada Abraham, Allah kembali menyelamatkan umatNya dari penjajah sepanjang masa kitab Hakim-Hakim selama 480 tahun. Kemungkinan, hakim yang paling terkenal adalah hakim kedua belas, yaitu Samson, yang memimpin Israel setelah mereka menjalani masa tawanan di bawah kaum Filistin. Samson membawa umat Allah pada kemenangan atas kaum Filistin dimana ia kehilangan nyawanya sendiri setelah 20 tahun menjabat sebagai hakim Israel. Bayangan Pengumuman yang diberikan kepada ibu Samson bahwa dirinya akan melahirkan seorang putra yang akan memimpin Israel merupakan bayangan dari pengumuman kepada Maria mengenai kelahiran Sang Mesias. Allah mengutus malaikatNya kepada kedua wanita itu dan memberitahu bahwa mereka akan "mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki" Hakim-Hakim 137; Lukas 131 yang akan memimpin umat Allah. Penyelamatan Allah terhadap umatNya, terlepas dari dosa dan penolakan mereka akan Dia, menggambarkan sosok Kristus di atas kayu salib. Yesus mati untuk menyelamatkan umatNya - semua yang bakal mempercayaiNya - dari dosa mereka. Walaupun sebagian besar pengikutNya di kala Ia hidup akan meninggalkan dan menolakNya, Ia tetap setia pada janjiNya dan tetap mengerjakan penyaliban demi kita. Praktek Ketidaktaatan selalu membawa penghakiman. Bangsa Israel merupakan contoh yang sempurna mengenai hal itu. Bukannya belajar dari pengalaman bahwa Allah selalu menghukum pembangkangan yang melawanNya, bangsa Israel tetap saja terus melanggar dan harus menanggung hukuman dan disiplin Allah sebagai konsekuensinya. Jika kita tetap bersikeras melanggar, kita sedang mengundang disiplin Allah. Bukan karena Ia menikmati penderitaan kita, tetapi karena "Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak" Ibrani 126. Kitab Hakim-Hakim merupakan pernyataan mengenai kesetiaan Allah. Walaupun "kita tidak setia, Dia tetap setia" 2 Timotius 213. Walaupun kita mungkin tidak setia padaNya, seperti orang Israel, Ia tetap setia dmenyelamatkan dan melindungi kita 1 Tesalonika 524 dan mengampuni kita jika kita ingin bertobat 1 Yohanes 19. "Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia" 1 Korintus 18-9. English Survei Perjanjian Lama Kitab Hakim-Hakim 0% found this document useful 0 votes2K views63 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views63 pagesKajian Filologis Dalam Hikayat Cerita SeorangJump to Page You are on page 1of 63 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 12 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 16 to 19 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 23 to 25 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 29 to 48 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 56 to 62 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Dalam kisah, tersebutlah seorang lelaki di kota Wasith Irak menitipkan uang kepada seorang temannya. Uang itu dia taruh di dalam tas yang dijahit rapat. “Di tas ini ada seribu dinar,” katanya kepada sang teman. Setelah itu dia pergi jauh untuk waktu yang lama sekali. Kabarnya, ia baru kembali setelah belasan tahun. Uang titipan itu tidak kecil jumlahnya. Dinar adalah mata uang yang nilai per kepingnya sekitar 4,25 gram emas. Jadi, dinar berarti sama dengan gram, atau 4,25 kg. Jika harga satu gram emas Rp saja, maka dinar bernilai sekitar Rp satu miliar dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah. Suatu jumlah yang tidak kecil! Walau pun dititipi uang yang begitu banyak, ternyata sang teman tidak tergoda untuk mengambilnya. Namun, setelah menunggu sekian lama dan pemilik harta tak juga datang, dia pun mulai berpikir. “Boleh jadi dia sudah meninggal,” katanya dalam hati. Setan pun kini mulai mengganggu dan melancarkan jurus-jurus godaannya tanpa henti. Mula-mula dia masih bertahan. Namun setelah sekian lama, ternyata dia termakan juga oleh timbullah niat jahat untuk memiliki uang tersebut. “Tapi, bagaimana kalau ternyata dia belum mati dan datang meminta titipannya?” lelaki itu berpikir ragu. Hati kecilnya yang masih waras rupanya memberontak. Sesaat, sisi lain dari hatinya yang terkontaminasi bujuk rayu nafsu dan setan melawan keraguan ini. Sisi hati yang dikuasai kekuatan negatif itu menyodorkan sebuah “solusi.” “Ah, gampang. Biar kubuka saja jahitannya di bagian bawah, dan nanti aku jahit lagi,” pikirnya. Maka dibukalah jahitan di bagian bawah tas titipan ini dan diambilnya seluruh uang yang ada di dalamnya. Setelah itu, dia masukkan uang dirham uang perak yang per kepingnya sekitar 3 gram sebanyak keping. “Beres,” pikirnya. Benarkah beres? sama sekali tidak karena ternyata dia telah salah duga. Kawannya yang lama pergi ternyata tidak meninggal seperti dugaannya semula. Beberapa waktu kemudian ia datang dan meminta kembali titipannya. Setelah menerima tas miliknya, lelaki itu pun pulang. Betapa terkejutnya lelaki ini ketika membuka khatm tutup tas tersebut dan melihat bahwa uang dinarnya raib dan berganti dengan dirham. Dengan perasaan marah, dia kembali ke rumah temannya. “Ayo, kembalikan uangku! aku menitipkan uang dinar padamu, tapi yang kudapat sekarang adalah uang dirham,” katanya. Namun teman yang dititipi ini menyangkal bahwa dia telah mengambil uang tersebut. Lelaki itu tentu tidak menyerah begitu saja. “Ayo kita menghadap hakim,” katanya. “Baik,” jawab teman yang dititipi. Maka berangkatlah mereka berdua ke tempat hakim. Si hakim adalah seorang lelaki yang dikenal alim, taat beragama, cerdik dan baru saja menduduki jabatan sebagai hakim. Ketika dua orang berperkara ini menghadap padanya, si hakim bertanya kepada si penitip. “Sejak kapan kamu menitipkan uangmu padanya?” “Lima belas tahun lalu,” jawabnya. “Coba bawa ke sini uang dirhamnya,” tukas hakim. Setelah uang itu dibawa ke depannya, dia pun berkata kepada para saksi yang hadir, “Coba kalian periksa tahun pembuatan uang ini dan bacakan kepada saya.” Maka dibacakanlah tahun pembuatan uang tersebut. Ternyata, uang itu bertarikh dua atau tiga tahun sebelum hari itu. Dari fakta ini dapatlah dipastikan siapa yang benar dan siapa yang salah. Si hakim menyuruh orang yang dititipi untuk mengembalikan uang dinar yang diambilnya. Tidak cuma itu! Dia juga menghukum lelaki yang telah berdusta tadi dengan diarak keliling kota.

ringkasan cerita hakim yang cerdik